Tanda Kencing Terus: Kenali Gejala dan Penyebabnya

Sering Buang Air Kecil

Merasakan dorongan untuk buang air kecil secara terus-menerus bisa menjadi pengalaman yang mengganggu dan memprihatinkan. Kondisi ini, yang dikenal sebagai frekuensi buang air kecil yang meningkat atau nokturia (buang air kecil di malam hari secara berlebihan), bukanlah sesuatu yang bisa diabaikan. Meskipun terkadang disebabkan oleh faktor sederhana seperti minum terlalu banyak, namun seringkali juga menjadi tanda adanya kondisi medis yang mendasarinya.

Apa Itu Tanda Kencing Terus?

Tanda kencing terus merujuk pada perasaan mendesak yang sering dan kuat untuk buang air kecil, bahkan ketika kandung kemih belum terisi penuh. Frekuensi normal buang air kecil bagi kebanyakan orang dewasa adalah antara 4 hingga 8 kali dalam 24 jam. Namun, jika Anda merasa perlu buang air kecil lebih dari 8 kali sehari, atau jika dorongan tersebut sangat mendesak dan mengganggu aktivitas sehari-hari, ini bisa dianggap sebagai tanda kencing terus.

Gejala lain yang sering menyertai frekuensi buang air kecil yang meningkat meliputi:

Penyebab Umum Tanda Kencing Terus

Ada berbagai macam penyebab yang bisa memicu rasa ingin buang air kecil terus-menerus. Penting untuk mengidentifikasi penyebabnya agar penanganan yang tepat dapat diberikan. Beberapa penyebab umum meliputi:

1. Infeksi Saluran Kemih (ISK)

ISK adalah salah satu penyebab paling umum dari peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama pada wanita. Infeksi bakteri dapat mengiritasi kandung kemih, menyebabkan dorongan buang air kecil yang sering dan mendesak, serta rasa nyeri atau terbakar saat buang air kecil.

2. Dehidrasi atau Konsumsi Cairan Berlebih

Paradoksnya, dehidrasi bisa membuat urine lebih pekat, yang kemudian mengiritasi kandung kemih dan menyebabkan dorongan untuk buang air kecil. Sebaliknya, mengonsumsi terlalu banyak cairan, terutama minuman berkafein atau beralkohol, juga dapat meningkatkan produksi urine secara keseluruhan.

3. Diabetes Mellitus

Pada penderita diabetes, kadar gula darah yang tinggi dapat membuat ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan gula. Hal ini menyebabkan produksi urine yang meningkat dan keinginan untuk buang air kecil yang lebih sering. Nokturia sering menjadi gejala awal diabetes.

4. Kandung Kemih Terlalu Aktif (Overactive Bladder - OAB)

OAB adalah kondisi di mana otot kandung kemih berkontraksi secara tidak sengaja, bahkan saat kandung kemih belum penuh. Ini menyebabkan sensasi mendesak untuk buang air kecil yang tiba-tiba dan sering, terkadang disertai dengan inkontinensia urgensi (kebocoran urine karena dorongan kuat).

5. Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia - BPH)

Pada pria, pembesaran kelenjar prostat dapat menekan uretra (saluran yang mengalirkan urine dari kandung kemih ke luar tubuh). Hal ini dapat menghambat aliran urine dan menyebabkan perasaan tidak tuntas setelah buang air kecil, serta frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari.

6. Kehamilan

Selama kehamilan, rahim yang membesar memberikan tekanan pada kandung kemih, yang dapat meningkatkan frekuensi buang air kecil. Perubahan hormonal juga dapat berperan.

7. Kondisi Ginjal dan Saluran Kemih Lainnya

Batu ginjal, peradangan ginjal (glomerulonefritis), atau gangguan fungsi ginjal lainnya juga dapat memengaruhi produksi urine dan frekuensinya.

8. Obat-obatan Tertentu

Beberapa obat, seperti diuretik (obat untuk mengeluarkan cairan tubuh) yang diresepkan untuk mengatasi tekanan darah tinggi atau gagal jantung, dapat meningkatkan produksi urine.

Kapan Harus Segera ke Dokter?

Jika Anda mengalami tanda kencing terus yang disertai dengan gejala-gejala berikut, sebaiknya segera konsultasikan dengan dokter:

Dokter akan melakukan anamnesis, pemeriksaan fisik, dan mungkin tes urine atau tes darah untuk menentukan penyebab pasti dari kondisi Anda. Penanganan akan disesuaikan dengan penyebab yang ditemukan, yang bisa meliputi pemberian antibiotik untuk infeksi, perubahan gaya hidup, terapi obat-obatan, atau intervensi medis lainnya.

Informasi yang disajikan dalam artikel ini bersifat umum dan tidak menggantikan nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan dengan dokter atau profesional kesehatan yang berkualifikasi untuk diagnosis dan penanganan kondisi medis Anda.

🏠 Homepage