Setelah Berhubungan Kencing Terus: Apa Penyebabnya dan Bagaimana Mengatasinya?
Ilustrasi frekuensi buang air kecil.
Mengalami dorongan untuk buang air kecil terus-menerus setelah berhubungan seksual bisa menjadi pengalaman yang mengkhawatirkan bagi sebagian orang. Fenomena ini dikenal sebagai disuria pasca-koital, atau lebih umum disebut sebagai peningkatan frekuensi buang air kecil setelah aktivitas seksual.
Penting untuk dipahami bahwa keluhan ini tidak selalu menandakan kondisi medis yang serius, namun bisa saja merupakan respons alami tubuh atau indikasi adanya masalah yang memerlukan perhatian. Memahami penyebabnya adalah langkah awal untuk menemukan solusi yang tepat.
Penyebab Umum Frekuensi Kencing Meningkat Setelah Berhubungan
Ada beberapa faktor yang dapat berkontribusi pada sensasi ingin kencing yang meningkat setelah berhubungan seksual, baik pada pria maupun wanita:
1. Stimulasi Uretra dan Prostat
Selama aktivitas seksual, terjadi gesekan dan tekanan pada area genital, termasuk uretra (saluran yang membawa urin dari kandung kemih ke luar tubuh) dan pada pria, kelenjar prostat. Stimulasi ini dapat menyebabkan:
Pembengkakan Ringan: Uretra dan jaringan sekitarnya bisa mengalami pembengkakan sementara akibat rangsangan, yang dapat memicu sensasi ingin buang air kecil.
Perangsangan Saraf: Saraf-saraf di area tersebut menjadi lebih sensitif. Sinyal dari rangsangan ini dapat disalahartikan oleh otak sebagai sinyal penuh pada kandung kemih, meskipun isinya belum penuh.
Prostat yang Terangsang (Pria): Kelenjar prostat, yang terletak di bawah kandung kemih, sering kali terangsang selama hubungan seksual. Pembengkakan atau kontraksi prostat bisa memberikan tekanan pada kandung kemih atau uretra, menyebabkan dorongan untuk buang air kecil.
2. Ketegangan Otot Panggul
Otot-otot dasar panggul memainkan peran penting dalam fungsi kandung kemih dan organ reproduksi. Ketegangan otot panggul yang berlebihan selama atau setelah berhubungan seksual dapat memengaruhi kontrol kandung kemih, menyebabkan dorongan yang lebih sering dan kuat untuk buang air kecil.
3. Infeksi Saluran Kemih (ISK)
Meskipun tidak secara langsung disebabkan oleh hubungan seksual itu sendiri, aktivitas seksual dapat menjadi pemicu atau memperburuk ISK, terutama pada wanita karena anatomi uretra yang lebih pendek. Bakteri dapat masuk ke saluran kemih selama penetrasi. Gejala ISK meliputi:
Rasa terbakar saat buang air kecil.
Sering ingin buang air kecil.
Urin keruh atau berbau menyengat.
Nyeri di perut bagian bawah.
4. Kondisi Medis Lainnya
Dalam beberapa kasus, frekuensi kencing yang meningkat pasca-hubungan seksual bisa dikaitkan dengan kondisi medis yang mendasarinya, seperti:
Kandung Kemih Terlalu Aktif (Overactive Bladder/OAB): Kondisi di mana otot kandung kemih berkontraksi secara tidak sengaja, menyebabkan dorongan mendadak untuk buang air kecil.
Radang Prostat (Prostatitis) pada Pria: Peradangan pada kelenjar prostat dapat menyebabkan berbagai gejala, termasuk peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama setelah ejakulasi.
Masalah Ginjal atau Diabetes: Kondisi ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk mengatur produksi urin.
5. Dehidrasi atau Konsumsi Cairan Tertentu
Meskipun mungkin terasa kontra-intuitif, terkadang konsumsi cairan yang berlebihan sebelum atau sesudah berhubungan seksual dapat meningkatkan keinginan untuk buang air kecil. Demikian pula, dehidrasi ringan dapat memengaruhi konsentrasi urin dan memberikan sinyal yang berbeda pada kandung kemih.
Kapan Harus Khawatir dan Mencari Pertolongan Medis?
Meskipun perasaan ingin kencing terus-menerus setelah berhubungan bisa normal, ada beberapa tanda yang menunjukkan Anda perlu berkonsultasi dengan dokter:
Gejala tidak mereda setelah beberapa jam atau hari.
Nyeri atau rasa terbakar yang signifikan saat buang air kecil.
Urin berdarah atau keruh.
Demam atau menggigil.
Nyeri di punggung bagian bawah atau samping.
Kesulitan sepenuhnya mengosongkan kandung kemih.
Gejala yang mengganggu kualitas hidup Anda.
Dokter dapat melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat medis Anda, dan mungkin merekomendasikan tes urine atau tes lainnya untuk menentukan penyebab pasti dan memberikan penanganan yang sesuai.
Tips Mengatasi dan Mencegah
Berikut beberapa langkah yang bisa Anda coba untuk mengurangi atau mengatasi frekuensi kencing yang meningkat setelah berhubungan:
Buang Air Kecil Setelah Berhubungan: Ini adalah saran yang paling umum dan efektif. Mengosongkan kandung kemih segera setelah berhubungan dapat membantu mengeluarkan bakteri yang mungkin masuk ke uretra, serta mengurangi sensasi kandung kemih yang penuh.
Minum Air yang Cukup: Pastikan Anda terhidrasi dengan baik sepanjang hari, tetapi hindari minum berlebihan sesaat sebelum atau sesudah berhubungan.
Latihan Otot Panggul (Kegel): Latihan Kegel dapat membantu memperkuat otot-otot dasar panggul Anda, yang dapat meningkatkan kontrol kandung kemih dan mengurangi risiko inkontinensia atau dorongan yang tidak terduga.
Kelola Stres: Stres dapat memengaruhi fungsi kandung kemih. Teknik relaksasi dapat membantu.
Hindari Iritan: Beberapa wanita mungkin sensitif terhadap pelumas tertentu, kondom lateks, atau sabun yang keras. Perhatikan jika ada iritasi yang memperburuk gejala.
Perhatikan Pola Makan dan Minum: Beberapa minuman seperti kafein dan alkohol dapat bersifat diuretik (meningkatkan produksi urin) dan mengiritasi kandung kemih.
Memahami respons tubuh Anda adalah kunci. Jika Anda merasa khawatir atau gejala terus berlanjut, jangan ragu untuk mencari saran medis profesional. Dengan penanganan yang tepat, Anda dapat mengatasi ketidaknyamanan ini dan menikmati kehidupan intim tanpa kekhawatiran.
Merasa khawatir atau membutuhkan panduan lebih lanjut?