Dalam hiruk pikuk kehidupan modern, di mana informasi berlimpah ruah namun kebijaksanaan seringkali terasa langka, kita perlu mencari sumber yang mendalam dan tak tergoyahkan. Firman Tuhan, yang tertulis dalam Kitab Amsal, menawarkan sebuah panduan berharga. Salah satu ayat yang patut kita renungkan secara mendalam adalah Amsal 2 ayat 6: "Karena Allahlah yang memberikan hikmat, dari mulut-Nya datang pengetahuan dan pengertian."
Ayat ini dengan tegas menyatakan bahwa sumber utama dan sejati dari hikmat, pengetahuan, dan pengertian adalah Allah sendiri. Ini bukan sekadar ungkapan religius, melainkan sebuah kebenaran fundamental yang membedakan jenis kebijaksanaan yang kita cari. Ada berbagai bentuk pengetahuan dan pemahaman yang bisa diperoleh manusia melalui belajar, pengalaman, atau penalaran. Namun, Amsal 2:6 menunjuk pada sumber yang jauh lebih tinggi dan murni.
Hikmat yang berasal dari Allah bukanlah sekadar kumpulan fakta atau kemampuan memecahkan masalah. Ia adalah sebuah pandangan hidup yang terhubung dengan kebenaran ilahi, sebuah cara memahami dunia dan kehidupan sesuai dengan rancangan Pencipta. Pengetahuan dari mulut-Nya bukan hanya informasi objektif, tetapi juga pemahaman akan kehendak-Nya, hukum-hukum-Nya, dan karakter-Nya. Pengertian yang Ia berikan memungkinkan kita untuk melihat melampaui permukaan, memahami makna yang lebih dalam, dan membuat keputusan yang selaras dengan kebaikan sejati.
Ketika kita mencari kebijaksanaan hanya dari sumber-sumber duniawi – buku, media sosial, opini populer, atau bahkan dari pengalaman pribadi semata – kita berisiko terjebak dalam relativisme dan ketidakpastian. Pengetahuan yang diperoleh tanpa pijakan ilahi bisa jadi menyesatkan, dangkal, atau bahkan berbahaya jika digunakan tanpa integritas. Kebijaksanaan duniawi seringkali didorong oleh ego, keuntungan pribadi, atau pandangan yang sempit.
Sebaliknya, hikmat yang bersumber dari Allah membimbing kita menuju integritas, keadilan, kasih, dan kerendahan hati. Ia memberikan perspektif abadi yang membantu kita menavigasi tantangan hidup dengan damai sejahtera dan keberanian. Memahami bahwa hikmat adalah anugerah dari Allah mendorong kita untuk bersikap rendah hati, menyadari keterbatasan diri, dan senantiasa bersandar pada-Nya dalam setiap langkah.
Amsal 2:6 memberikan petunjuk tentang dari mana hikmat berasal, namun ayat-ayat lain dalam Kitab Amsal serta ajaran Alkitab secara keseluruhan memberikan gambaran lebih lengkap tentang bagaimana kita dapat mengakses sumber kebijaksanaan ini. Beberapa cara penting meliputi:
Renungan Amsal 2:6 seharusnya menginspirasi kita untuk mengubah cara kita mencari dan menggunakan kebijaksanaan. Alih-alih bangga dengan pencapaian intelektual semata, marilah kita justru bersyukur atas anugerah-Nya. Dalam setiap keputusan yang kita hadapi, baik besar maupun kecil, mari kita berhenti sejenak dan memohon hikmat dari Tuhan. Apakah kita sedang menghadapi masalah pekerjaan, hubungan, keuangan, atau tantangan pribadi lainnya, ingatlah bahwa Allah adalah sumber solusi yang paling ilahi.
Dengan mengakui Allah sebagai sumber hikmat, kita juga diarahkan untuk hidup dengan cara yang memuliakan-Nya. Kebijaksanaan yang sejati akan tercermin dalam tindakan kita: kejujuran, kasih, kesabaran, keadilan, dan kerendahan hati. Marilah kita terus memupuk hubungan yang mendalam dengan Sang Pemberi Hikmat, sehingga kehidupan kita menjadi cerminan dari kebaikan dan kebenaran-Nya.