Kitab Amsal adalah gudang hikmat yang tak ternilai, menawarkan panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang berkenan kepada Tuhan dan membuahkan hasil yang baik. Salah satu ayat yang begitu kaya makna dan relevan sepanjang masa adalah Amsal 10 ayat 27. Ayat ini, dalam terjemahan Bahasa Indonesia, seringkali berbunyi:
Sekilas, ayat ini mungkin tampak sederhana. Namun, mari kita selami lebih dalam makna dan implikasinya bagi kehidupan kita sehari-hari. Frasa kunci di sini adalah "Takut akan TUHAN". Apa sebenarnya arti takut akan Tuhan?
Perlu dicatat bahwa "takut" dalam konteks ini bukanlah rasa takut yang mencekam atau ketakutan yang melumpuhkan. Sebaliknya, ini adalah rasa hormat yang mendalam, kekaguman, dan kesadaran akan keagungan serta kekudusan Tuhan. Ini berarti mengakui otoritas-Nya, menundukkan diri pada kehendak-Nya, dan hidup dengan kesadaran bahwa segala sesuatu ada dalam genggaman-Nya. Takut akan Tuhan adalah fondasi dari kebijaksanaan dan perilaku yang benar.
Orang yang takut akan Tuhan akan berusaha keras untuk menjauhi segala sesuatu yang bertentangan dengan firman-Nya. Mereka akan berusaha hidup dalam kebenaran, ketaatan, dan kesucian. Sikap ini bukan lahir dari keterpaksaan, melainkan dari pengenalan akan kebaikan Tuhan dan keinginan tulus untuk menyenangkan-Nya.
Amsal 10:27 secara tegas menyatakan bahwa takut akan Tuhan "memperpanjang umur". Ini bisa diartikan dalam beberapa tingkatan:
Ayat ini kemudian memberikan kontras yang tajam dengan "umur orang fasik akan dipersingkat". Orang fasik adalah mereka yang menolak Tuhan, hidup dalam kesombongan, kebohongan, dan kejahatan. Kehidupan mereka seringkali ditandai oleh kecemasan, ketakutan, dan permusuhan. Mereka mungkin menikmati kesenangan duniawi sesaat, tetapi gaya hidup mereka cenderung merusak diri sendiri dan orang lain, serta membawa mereka pada kehancuran, baik di dunia ini maupun di akhirat.
Mereka yang memilih jalan kefasikan seringkali terlibat dalam tindakan yang membawa konsekuensi negatif yang parah. Baik itu melalui konflik yang mereka ciptakan, keputusan buruk yang merusak, atau bahkan penyesalan mendalam yang menghantui mereka. Semua ini dapat secara efektif "memersingkat" kualitas dan bahkan kuantitas hidup mereka.
Dalam hiruk-pikuk kehidupan modern yang penuh tekanan, godaan, dan ketidakpastian, Amsal 10:27 menjadi pengingat yang kuat. Bagaimana kita bisa menerapkan prinsip "takut akan Tuhan" dalam kehidupan kita?
Pertama, kita perlu secara sadar menempatkan Tuhan di pusat kehidupan kita. Ini berarti berdoa secara teratur, membaca dan merenungkan firman-Nya, serta berusaha menerapkan ajaran-Nya dalam setiap aspek kehidupan, termasuk pekerjaan, keluarga, dan interaksi sosial.
Kedua, kita harus dengan tegas menolak segala bentuk godaan yang mengarah pada kefasikan. Ini membutuhkan disiplin diri, kekuatan dari Roh Kudus, dan komunitas orang percaya yang dapat saling menguatkan.
Ketiga, kita perlu mencari hikmat Tuhan dalam setiap keputusan. Daripada mengandalkan pemahaman dan kekuatan kita sendiri, kita harus memohon bimbingan Tuhan. Hal ini akan menuntun kita pada jalan yang benar dan menghasilkan buah yang baik.
Amsal 10 ayat 27 bukan sekadar ramalan, melainkan sebuah prinsip ilahi yang bekerja. Pilihan ada di tangan kita: apakah kita akan memilih jalan yang menuntun pada kehidupan yang penuh berkah, ketenangan, dan umur panjang yang sejati, ataukah jalan yang pada akhirnya membawa pada kehancuran.
Marilah kita merangkul hikmat yang ditawarkan oleh firman Tuhan ini, dan hidup dengan "takut akan TUHAN" agar kita dapat mengalami perpanjangan umur yang penuh makna, baik secara duniawi maupun kekal.