Sering buang air kecil (BAK) atau nokturia adalah kondisi ketika seseorang merasa perlu untuk buang air kecil lebih sering dari biasanya, terutama di malam hari. Meskipun terkadang dianggap sebagai hal biasa seiring bertambahnya usia, namun kondisi ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang mendasarinya. Memahami penyebab pipis terus menerus sangat penting agar penanganan yang tepat dapat diberikan.
Ada berbagai faktor yang dapat memicu seseorang untuk lebih sering buang air kecil. Beberapa penyebab bersifat ringan dan sementara, sementara yang lain mungkin memerlukan perhatian medis segera.
Ini adalah penyebab paling umum dan sederhana. Jika Anda minum terlalu banyak cairan, terutama air, teh, kopi, atau minuman berkarbonasi dalam jumlah besar, ginjal akan bekerja lebih keras untuk menyaringnya dan mengeluarkannya sebagai urine. Kafein dan alkohol juga bersifat diuretik, yang berarti dapat meningkatkan produksi urine.
Infeksi bakteri pada kandung kemih, uretra, atau ginjal adalah penyebab umum lainnya. ISK seringkali disertai dengan rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri di perut bagian bawah, dan urine yang keruh atau berbau tidak sedap. Rasa ingin buang air kecil yang mendesak dan sering, bahkan ketika kandung kemih kosong, juga merupakan gejala khas ISK.
Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, kadar gula darah yang tinggi menyebabkan ginjal bekerja ekstra untuk menyaring kelebihan gula. Gula ini kemudian dikeluarkan melalui urine, membawa serta cairan tambahan, yang mengakibatkan peningkatan frekuensi buang air kecil (poliuria) dan rasa haus yang berlebihan (polidipsia).
Pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) adalah kondisi umum pada pria lanjut usia. Prostat yang membesar dapat menekan uretra, mengganggu aliran urine dari kandung kemih. Hal ini dapat menyebabkan gejala seperti kesulitan memulai buang air kecil, aliran urine yang lemah, rasa tidak tuntas setelah BAK, dan frekuensi buang air kecil yang meningkat, terutama di malam hari.
OAB adalah kondisi kronis yang ditandai dengan dorongan tiba-tiba dan kuat untuk buang air kecil yang sulit dikendalikan. Penderita OAB mungkin mengalami inkontinensia urgensi, yaitu kebocoran urine yang terjadi sesaat setelah merasakan dorongan kuat. OAB bisa disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk masalah saraf, penuaan, atau infeksi.
Selama kehamilan, rahim yang membesar memberikan tekanan pada kandung kemih. Selain itu, perubahan hormonal juga dapat memengaruhi frekuensi buang air kecil. Peningkatan aliran darah ke ginjal selama kehamilan juga berkontribusi pada produksi urine yang lebih banyak.
Beberapa jenis obat, seperti diuretik (obat untuk menurunkan tekanan darah atau mengatasi pembengkakan), dapat meningkatkan produksi urine dan menyebabkan sering buang air kecil. Obat lain seperti penenang atau obat untuk kondisi psikologis tertentu juga terkadang dapat memengaruhi fungsi kandung kemih.
Gangguan pada fungsi ginjal, seperti nefritis atau gagal ginjal, dapat memengaruhi kemampuan ginjal untuk menyaring dan mengonsentrasikan urine. Hal ini bisa menyebabkan peningkatan frekuensi buang air kecil, terutama jika ginjal tidak dapat mengelola keseimbangan cairan tubuh dengan baik.
Kondisi yang memengaruhi saraf yang mengontrol kandung kemih, seperti multiple sclerosis, penyakit Parkinson, atau stroke, dapat mengganggu sinyal antara otak dan kandung kemih. Ini bisa menyebabkan kandung kemih berkontraksi secara tidak teratur, memicu dorongan untuk buang air kecil yang sering dan mendesak.
Beberapa PMS, seperti gonore atau klamidia, dapat menyebabkan peradangan pada uretra (uretritis), yang seringkali bermanifestasi sebagai rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil dan peningkatan frekuensi buang air kecil.
Jika Anda mengalami penyebab pipis terus menerus yang disertai dengan gejala lain seperti nyeri saat buang air kecil, darah dalam urine, demam, nyeri punggung bawah, atau penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat dapat mencegah komplikasi lebih lanjut dan meningkatkan kualitas hidup Anda.
Jangan abaikan gejala ini. Tubuh seringkali memberikan sinyal melalui perubahan fungsi tubuh. Memahami penyebab pipis terus menerus adalah langkah awal menuju kesehatan yang lebih baik.