Ludah, atau saliva, adalah cairan bening yang diproduksi oleh kelenjar air liur di dalam mulut. Fungsinya sangat vital bagi kesehatan mulut, mulai dari membantu mencerna makanan, melumasi rongga mulut, melindungi gigi dari kerusakan, hingga berperan dalam indra perasa. Namun, apa jadinya jika produksi ludah menjadi berlebihan? Kondisi yang dikenal sebagai hipersalivasi atau ptialisme ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan bahkan menjadi indikator adanya masalah kesehatan tertentu.
Ludah berlebihan secara umum merujuk pada produksi air liur yang jauh lebih banyak dari biasanya. Meskipun tubuh manusia memproduksi sekitar 0,5 hingga 1,5 liter ludah setiap harinya, peningkatan drastis yang membuat seseorang terus-menerus menelan, mengeluarkan ludah, atau bahkan mengalir keluar dari mulut, adalah indikasi adanya hipersalivasi. Kondisi ini bisa bersifat sementara atau kronis, tergantung pada penyebabnya.
Ada berbagai faktor yang dapat memicu produksi ludah berlebihan. Memahami akar masalah adalah langkah pertama untuk menemukan solusi yang tepat.
Sistem pencernaan yang bermasalah sering kali berkaitan erat dengan produksi ludah. Asam lambung yang naik ke kerongkongan (penyakit refluks gastroesofageal atau GERD) dapat merangsang kelenjar ludah untuk memproduksi lebih banyak air liur. Ludah ini berfungsi menetralkan asam yang naik, sehingga produksi berlebih menjadi respons alami tubuh.
Beberapa jenis obat-obatan diketahui memiliki efek samping berupa peningkatan produksi ludah. Obat-obatan ini bisa meliputi obat untuk mengatasi mual, muntah, masalah kejiwaan, atau bahkan obat-obatan kemoterapi. Jika Anda menduga obat tertentu menjadi penyebabnya, konsultasikan dengan dokter.
Banyak wanita hamil mengalami peningkatan produksi ludah, terutama di trimester pertama. Kondisi ini sering kali dikaitkan dengan mual dan muntah di pagi hari (morning sickness) serta perubahan hormonal. Sama seperti GERD, tubuh mungkin memproduksi lebih banyak ludah untuk membantu menetralkan asam lambung yang sering naik saat hamil.
Beberapa kondisi neurologis yang mempengaruhi kontrol otot wajah dan tenggorokan dapat menyebabkan kesulitan menelan ludah, sehingga tampak seperti produksi ludah yang berlebihan. Contohnya termasuk penyakit Parkinson, stroke, cerebral palsy, dan gangguan saraf lainnya.
Dalam beberapa kasus, stres dan kecemasan dapat memicu respons fisik, termasuk peningkatan produksi ludah. Ini adalah bagian dari respons "fight or flight" tubuh, meskipun dampaknya pada produksi ludah mungkin tidak sebesar respons fisik lainnya.
Tertelan atau terpapar zat-zat tertentu, seperti pestisida atau logam berat, dapat merangsang produksi ludah sebagai mekanisme detoksifikasi alami tubuh.
Penanganan ludah berlebihan sangat bergantung pada penyebabnya:
Menjaga kebersihan mulut secara rutin adalah kunci. Sikat gigi dua kali sehari, gunakan benang gigi, dan berkumur dengan obat kumur antiseptik (jika direkomendasikan dokter gigi) dapat membantu mengurangi peradangan dan infeksi yang memicu hipersalivasi.
Jika GERD menjadi penyebabnya, dokter mungkin akan meresepkan obat untuk mengurangi asam lambung atau memberikan saran mengenai perubahan pola makan dan gaya hidup.
Jika ludah berlebihan disebabkan oleh obat-obatan, dokter mungkin akan menyesuaikan dosis atau mengganti obat. Untuk kondisi neurologis, penanganan akan lebih terfokus pada pengelolaan penyakit dasarnya dan terapi fisik untuk meningkatkan kemampuan menelan.
Mengunyah permen karet tanpa gula atau menghisap permen tanpa gula dapat membantu meningkatkan frekuensi menelan, sehingga mengurangi penumpukan ludah. Hindari makanan atau minuman yang dapat merangsang produksi ludah berlebih, seperti yang pedas atau asam.
Untuk kasus yang disebabkan oleh gangguan neurologis, terapi wicara dan menelan dapat membantu melatih otot-otot yang berperan dalam proses menelan.
Ludah berlebihan memang bisa menjadi keluhan yang mengganggu. Namun, dengan identifikasi penyebab yang tepat dan penanganan yang sesuai, kualitas hidup Anda dapat kembali normal. Jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter atau dokter gigi jika Anda mengalami kondisi ini secara terus-menerus.