Penyebab Kencing Terus Tapi Sedikit yang Perlu Anda Ketahui

Merasa ingin buang air kecil terus-menerus namun urin yang keluar hanya sedikit adalah keluhan yang umum dialami oleh banyak orang. Kondisi ini bisa sangat mengganggu aktivitas sehari-hari dan menimbulkan kekhawatiran. Penting untuk memahami berbagai faktor yang dapat menyebabkan gejala ini agar dapat ditangani dengan tepat. Jika Anda sering mengalami hal ini, artikel ini akan mengupas tuntas kemungkinan penyebabnya.

Infeksi Saluran Kemih (ISK)

Salah satu penyebab paling umum dari keinginan buang air kecil yang sering disertai sedikit urin adalah infeksi pada saluran kemih (ISK). Infeksi ini terjadi ketika bakteri masuk ke dalam saluran kemih, biasanya melalui uretra, dan berkembang biak di kandung kemih. Gejala ISK selain sering ingin buang air kecil dan urin sedikit meliputi rasa nyeri atau perih saat buang air kecil, urin keruh atau berbau menyengat, serta nyeri di perut bagian bawah.

Pembesaran Prostat Jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH)

Pada pria, terutama yang berusia di atas 50 tahun, pembesaran kelenjar prostat dapat menekan uretra, saluran yang mengalirkan urin dari kandung kemih ke luar tubuh. Penekanan ini membuat kandung kemih sulit untuk sepenuhnya dikosongkan, sehingga seringkali timbul sensasi ingin buang air kecil meski urin yang keluar hanya sedikit. Gejala lain dari BPH meliputi kesulitan memulai buang air kecil, aliran urin yang lemah, dan sensasi kandung kemih yang tidak kosong sepenuhnya.

Kandung Kemih Terlalu Aktif (Overactive Bladder/OAB)

OAB adalah kondisi di mana otot-otot kandung kemih berkontraksi secara tidak sengaja, bahkan ketika kandung kemih belum penuh. Hal ini menyebabkan dorongan buang air kecil yang mendesak dan sering, bahkan terkadang tidak dapat ditahan (inkontinensia urgensi). Penyebab OAB bisa beragam, mulai dari masalah neurologis, infeksi, hingga kondisi yang belum diketahui.

Konsumsi Cairan Berlebih

Meskipun terdengar sederhana, minum terlalu banyak cairan, terutama sebelum tidur, dapat menyebabkan kandung kemih cepat penuh dan terstimulasi untuk buang air kecil. Jika Anda meningkatkan asupan cairan secara drastis, frekuensi buang air kecil Anda juga akan meningkat. Namun, pada kondisi ini, biasanya jumlah urin yang dikeluarkan akan tetap normal atau bahkan lebih banyak, hanya saja frekuensinya yang meningkat.

Diabetes Mellitus

Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol dengan baik, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan gula. Ini menghasilkan peningkatan produksi urin (poliuria). Akibatnya, kandung kemih akan cepat terisi dan menimbulkan keinginan buang air kecil yang sering. Selain itu, diabetes juga dapat merusak saraf yang mengontrol fungsi kandung kemih, yang berkontribusi pada masalah buang air kecil.

Efek Samping Obat-obatan

Beberapa jenis obat, terutama diuretik (obat untuk mengeluarkan cairan berlebih dari tubuh), dapat meningkatkan produksi urin. Jika Anda sedang mengonsumsi obat-obatan tersebut, peningkatan frekuensi buang air kecil adalah efek samping yang diharapkan. Penting untuk mendiskusikan efek samping ini dengan dokter Anda.

Masalah Saraf

Kondisi yang memengaruhi saraf yang mengontrol kandung kemih, seperti stroke, penyakit Parkinson, multiple sclerosis, atau cedera tulang belakang, dapat menyebabkan gangguan pada sinyal antara otak dan kandung kemih. Ini dapat mengakibatkan kesulitan dalam mengontrol kandung kemih, termasuk keinginan buang air kecil yang sering dan sulit ditahan.

Dehidrasi (Paradoksikal)

Dalam kasus yang jarang terjadi, dehidrasi yang parah justru dapat memicu tubuh untuk menahan cairan, yang kemudian dapat menyebabkan urin yang lebih pekat dan terkadang memicu dorongan untuk buang air kecil yang sering namun sedikit. Ini adalah respons tubuh untuk mencoba mempertahankan keseimbangan cairan.

Kapan Harus ke Dokter?

Jika gejala kencing terus menerus namun sedikit ini disertai dengan nyeri yang hebat, demam, darah dalam urin, kesulitan buang air kecil sama sekali, atau gejala lain yang mengkhawatirkan, segera konsultasikan dengan dokter. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, menanyakan riwayat kesehatan Anda, dan mungkin merekomendasikan tes urin atau tes lainnya untuk menentukan penyebab pasti dan memberikan penanganan yang sesuai.

Memahami penyebab dari keluhan ini adalah langkah pertama menuju kesembuhan. Jangan ragu untuk mencari bantuan medis profesional jika Anda merasa khawatir.

🏠 Homepage