Penyebab Air Ketuban Merembes Sebelum Waktunya

Ilustrasi air ketuban merembes Siluet wanita hamil dengan tetesan cairan di bawahnya. Ilustrasi Bayi Sehat 👶

Air ketuban adalah cairan bening yang mengelilingi bayi di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini berperan penting dalam melindungi bayi dari benturan, menjaga suhu yang stabil, serta memungkinkan bayi untuk bergerak bebas yang esensial untuk perkembangan otot dan paru-parunya. Umumnya, pecahnya ketuban atau keluarnya air ketuban secara signifikan terjadi menjelang persalinan. Namun, dalam beberapa kasus, ibu hamil dapat mengalami air ketuban merembes sebelum waktunya, yang dikenal sebagai ketuban pecah dini (KPD).

Kondisi ini tentu menimbulkan kekhawatiran bagi ibu hamil karena dapat meningkatkan risiko infeksi pada ibu dan bayi, serta komplikasi lain yang dapat membahayakan kehamilan. Memahami penyebab air ketuban merembes sebelum waktunya adalah langkah awal untuk pencegahan dan penanganan yang tepat. Ada berbagai faktor yang dapat memicu terjadinya ketuban pecah dini, baik yang berkaitan dengan kondisi ibu maupun bayi.

Faktor Risiko Penyebab Air Ketuban Merembes

Beberapa kondisi dan faktor dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya ketuban pecah dini:

1. Infeksi pada Saluran Kelamin dan Kandung Kemih

Ini adalah salah satu penyebab paling umum dari ketuban pecah dini. Infeksi bakteri pada vagina, serviks, atau saluran kemih dapat melemahkan selaput ketuban, membuatnya lebih rentan pecah. Bakteri dapat berpindah ke dalam kantung ketuban dan memicu peradangan serta pelepasan enzim yang merusak selaput ketuban.

2. Riwayat Ketuban Pecah Dini Sebelumnya

Ibu yang pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi. Hal ini mungkin disebabkan oleh adanya faktor bawaan atau kondisi medis yang belum terselesaikan.

3. Kehamilan Kembar atau Polihidramnion (Kelebihan Cairan Ketuban)

Pada kehamilan kembar, rahim akan meregang lebih besar dan lebih cepat, memberikan tekanan ekstra pada selaput ketuban. Demikian pula, kondisi polihidramnion menyebabkan volume cairan ketuban yang berlebihan, sehingga meningkatkan tekanan pada kantung ketuban dan membuatnya lebih mudah pecah.

4. Usia Kehamilan yang Lebih Tua (Pascaberesalin)

Meskipun jarang, terkadang ketuban bisa pecah setelah usia kehamilan matang dan belum terjadi persalinan. Hal ini perlu segera ditangani oleh tenaga medis.

5. Serviks Pendek atau Lemah (Inkompetensi Serviks)

Serviks yang melemah atau memendek sebelum waktunya tidak mampu menahan tekanan dari dalam rahim. Akibatnya, selaput ketuban bisa menonjol dan akhirnya pecah.

6. Trauma atau Cedera pada Perut

Terjatuh atau cedera langsung pada perut bagian bawah dapat menyebabkan trauma pada kantung ketuban, yang berpotensi memicu pecahnya selaput ketuban.

7. Merokok dan Penggunaan Narkoba

Merokok dan penggunaan zat terlarang selama kehamilan dapat membahayakan kesehatan ibu dan bayi, termasuk meningkatkan risiko ketuban pecah dini. Zat-zat ini dapat memengaruhi integritas selaput ketuban.

8. Riwayat Operasi atau Prosedur pada Rahim

Operasi sebelumnya pada rahim, seperti operasi caesar atau pengangkatan mioma, dapat meninggalkan bekas luka yang dapat melemahkan dinding rahim dan selaput ketuban.

9. Kekurangan Nutrisi Tertentu

Beberapa penelitian menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi penting, seperti seng atau vitamin C, dapat memengaruhi kekuatan dan elastisitas selaput ketuban.

Apa yang Harus Dilakukan Jika Air Ketuban Merembes?

Jika Anda mengalami gejala keluarnya cairan dari vagina yang diduga air ketuban, terutama sebelum usia kehamilan 37 minggu, sangat penting untuk segera menghubungi dokter atau bidan Anda. Gejala umum meliputi:

Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut benar air ketuban dan menentukan usia kehamilan serta kondisi Anda dan bayi. Penanganan akan disesuaikan dengan usia kehamilan dan kondisi medis lainnya. Segera memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan adalah langkah paling krusial untuk mencegah komplikasi lebih lanjut.

Konsultasi dengan Dokter Kandungan Anda
🏠 Homepage