Ilustrasi visual mengenai frekuensi buang air kecil.
Mengalami dorongan untuk buang air kecil yang sangat sering, bahkan ketika kandung kemih terasa belum penuh, bisa menjadi kondisi yang mengganggu dan memprihatinkan. Fenomena ini sering disebut sebagai "penyakit kencing terus menerus" atau dalam istilah medis dikenal sebagai frekuensi urinasi yang meningkat. Kondisi ini dapat berdampak signifikan pada kualitas hidup, mengganggu tidur, aktivitas sehari-hari, hingga menimbulkan kecemasan.
Frekuensi urinasi yang meningkat merujuk pada kondisi di mana seseorang merasa perlu buang air kecil lebih sering dari biasanya. Normalnya, seseorang buang air kecil antara 4 hingga 8 kali dalam sehari. Namun, jika Anda merasa harus ke toilet lebih dari 8 kali dalam periode 24 jam, terutama di malam hari (nokturia), ini bisa menjadi indikasi adanya masalah kesehatan yang mendasarinya.
Dorongan kencing yang berlebihan dapat disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari gaya hidup hingga kondisi medis yang serius. Penting untuk mengidentifikasi akar masalahnya agar penanganan yang tepat dapat diberikan. Beberapa penyebab umum meliputi:
ISK adalah salah satu penyebab paling umum dari frekuensi urinasi yang meningkat, disertai rasa terbakar saat buang air kecil, nyeri di perut bagian bawah, dan urin yang keruh atau berbau tidak sedap. Bakteri yang menginfeksi saluran kemih dapat mengiritasi kandung kemih, memicu sensasi ingin buang air kecil secara konstan.
Pada penderita diabetes yang tidak terkontrol, kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan ginjal bekerja lebih keras untuk menyaring kelebihan gula. Hal ini mengakibatkan peningkatan produksi urin, yang pada akhirnya mendorong frekuensi buang air kecil yang lebih sering, baik siang maupun malam.
OAB adalah kondisi di mana otot-otot kandung kemih berkontraksi secara tidak sengaja, meskipun kandung kemih belum terisi penuh. Hal ini menyebabkan dorongan mendesak untuk buang air kecil yang sulit ditahan.
Pembesaran prostat jinak (Benign Prostatic Hyperplasia/BPH) atau prostatitis (radang prostat) dapat menekan uretra, saluran yang mengeluarkan urin dari kandung kemih. Penekanan ini dapat membuat kandung kemih sulit dikosongkan sepenuhnya, sehingga memicu rasa ingin buang air kecil lebih sering.
Minum terlalu banyak cairan, terutama air putih, dapat meningkatkan volume urin. Selain itu, konsumsi minuman berkafein (kopi, teh, soda) dan alkohol bersifat diuretik, artinya dapat merangsang ginjal untuk memproduksi lebih banyak urin, serta mengiritasi kandung kemih.
Kerusakan pada ginjal dapat mengganggu kemampuannya untuk memekatkan urin, sehingga menghasilkan volume urin yang lebih besar dan lebih encer, yang kemudian meningkatkan frekuensi buang air kecil.
Beberapa kondisi lain seperti stroke, penyakit Parkinson, atau cedera saraf tulang belakang juga dapat memengaruhi fungsi kandung kemih dan menyebabkan frekuensi urinasi yang meningkat.
Meskipun sesekali merasa ingin buang air kecil lebih sering mungkin bukan masalah serius, namun Anda sebaiknya segera berkonsultasi dengan dokter jika mengalami gejala-gejala berikut:
Dokter akan melakukan evaluasi menyeluruh, termasuk menanyakan riwayat medis, gejala yang dialami, pola minum, serta melakukan pemeriksaan fisik. Tes yang mungkin dilakukan meliputi:
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebab yang mendasari. Beberapa pendekatan penanganan meliputi:
Jangan abaikan gejala kencing terus menerus. Segera konsultasikan dengan dokter untuk mendapatkan diagnosis dan penanganan yang tepat demi kesehatan Anda.
Temukan Dokter Terdekat