Ilustrasi konsep keluarga dan kebijaksanaan dalam Amsal.
Kitab Amsal adalah harta karun kebijaksanaan praktis yang kaya, ditulis terutama oleh Raja Salomo. Tujuannya adalah untuk memberikan pemahaman, ajaran, dan nasehat yang bijaksana kepada individu agar mereka dapat menjalani kehidupan yang benar, adil, dan lurus. Salah satu ayat pembuka yang sangat kuat dalam kitab ini adalah Amsal 1:8, yang berbunyi: "Dengarkanlah, hai anakku, didikan ayahmu, dan janganlah menyia-nyiakan ajaran ibumu."
Ayat ini adalah bagian dari pendahuluan Kitab Amsal, di mana penulis menggarisbawahi pentingnya mendengarkan dan menerima pengajaran dari generasi sebelumnya. Kata "anakku" (beni dalam bahasa Ibrani) sering kali merujuk pada seorang putra, tetapi dalam konteks ini, ia melambangkan setiap individu yang sedang belajar dan bertumbuh, mencari pengetahuan dan pemahaman tentang kehidupan. "Didikan ayahmu" (musar avikha) mencakup disiplin, instruksi, koreksi, dan panduan moral. Sementara itu, "ajaran ibumu" (Torat imekha) menunjuk pada hukum, ajaran, dan pengajaran yang diberikan oleh seorang ibu, yang sering kali berkaitan dengan pembentukan karakter dan kehidupan rumah tangga.
Kata kerja "dengarkanlah" (shema) dalam bahasa Ibrani tidak hanya berarti mendengar secara pasif, tetapi juga untuk memperhatikan, mematuhi, dan bertindak berdasarkan apa yang didengar. Ini adalah panggilan untuk memberikan perhatian penuh dan hati yang terbuka terhadap nasehat yang diberikan. Di sisi lain, frasa "janganlah menyia-nyiakan" (al-tinetz) mengandung makna yang sangat kuat, yaitu janganlah menolak, janganlah mengabaikan, atau janganlah memperlakukan sesuatu sebagai tidak berharga. Ini menekankan betapa pentingnya nasehat orang tua sehingga mengabaikannya adalah sebuah kerugian besar.
Ayat ini secara spesifik menyoroti peran ayah dan ibu dalam mendidik anak. Ada beberapa alasan mengapa nasehat dari orang tua memiliki nilai yang sangat istimewa:
Mengabaikan didikan dan ajaran orang tua bukanlah tindakan yang bijak. Ayat-ayat selanjutnya dalam Kitab Amsal sering kali menggambarkan konsekuensi negatif dari penolakan terhadap nasehat. Ini bisa berupa tersesat dalam jalan yang salah, membuat keputusan yang merusak diri sendiri, menghadapi kesulitan yang tidak perlu, dan kehilangan kesempatan untuk bertumbuh dalam kebijaksanaan. Mengabaikan orang tua sama saja dengan menolak kompas yang dapat menuntun kita di lautan kehidupan yang terkadang berombak.
Dalam dunia modern yang serba cepat dan penuh informasi, pentingnya mendengarkan nasehat orang tua tetap relevan. Meskipun anak-anak tumbuh dewasa dan menjadi mandiri, hubungan dengan orang tua yang bijak dapat terus menjadi sumber dukungan dan panduan.:
Amsal 1:8 adalah pengingat abadi bahwa keluarga adalah institusi pertama yang mengajarkan kita tentang kehidupan. Mendengarkan dan menghargai didikan ayah dan ajaran ibu adalah langkah fundamental menuju kehidupan yang dipenuhi dengan kebijaksanaan, integritas, dan berkat. Ini adalah fondasi yang kuat untuk membangun masa depan yang lebih baik dan lebih bermakna.