Ilustrasi: Perlindungan cairan ketuban bagi janin.
Kehamilan adalah momen yang penuh keajaiban sekaligus membutuhkan kewaspadaan tinggi. Salah satu hal yang mungkin membuat calon ibu sedikit khawatir adalah perubahan cairan yang keluar dari vagina. Salah satu jenis cairan yang perlu diperhatikan adalah air ketuban. Merembes air ketuban, terutama sebelum waktunya, bisa menjadi tanda yang perlu diwaspadai.
Apa Itu Air Ketuban?
Air ketuban, atau dalam istilah medis disebut cairan amnion, adalah cairan jernih hingga agak keruh yang mengisi kantung ketuban di sekitar janin selama kehamilan. Cairan ini memiliki peran yang sangat vital bagi perkembangan dan keselamatan janin. Fungsi utamanya meliputi:
Melindungi Janin: Air ketuban bertindak sebagai bantalan yang melindungi janin dari benturan eksternal atau guncangan.
Menjaga Suhu: Cairan ini membantu menjaga suhu rahim tetap stabil, melindungi janin dari fluktuasi suhu lingkungan.
Mencegah Tekanan Tali Pusat: Dengan menjaga janin tetap mengapung, air ketuban mencegah tali pusat terjepit di antara janin dan dinding rahim, yang dapat mengganggu pasokan oksigen dan nutrisi.
Mendukung Perkembangan Paru-paru dan Pencernaan: Janin menelan air ketuban, yang membantu perkembangan sistem pencernaan dan paru-parunya.
Mencegah Infeksi: Air ketuban memiliki sifat antibakteri yang membantu melindungi janin dari infeksi.
Bagaimana Tanda-tanda Merembes Air Ketuban?
Membedakan rembesan air ketuban dari keputihan biasa atau urine yang mungkin keluar bisa sedikit membingungkan. Namun, ada beberapa karakteristik khas dari rembesan air ketuban:
Konsistensi: Cairan yang keluar biasanya terasa lebih encer dan jernih, mirip dengan air, atau bisa juga sedikit keruh.
Jumlah: Jumlahnya bisa bervariasi, mulai dari rembesan ringan yang terasa seperti 'cegukan' basah, hingga aliran yang lebih deras.
Bau: Air ketuban umumnya memiliki bau yang khas, sedikit manis atau tidak berbau sama sekali. Berbeda dengan urine yang biasanya berbau amonia.
Berlanjut: Tidak seperti keputihan yang kadang datang dan pergi, rembesan air ketuban cenderung terus menerus mengalir meskipun dalam jumlah kecil.
Warna: Normalnya jernih atau keputihan bening. Jika berwarna hijau, coklat, atau kehitaman, ini bisa menandakan adanya masalah pada janin (misalnya feses janin sudah keluar).
Penting untuk diingat, jika Anda merasakan adanya rembesan cairan yang tidak biasa, segera hubungi profesional medis. Terutama jika Anda belum memasuki usia kehamilan cukup bulan (sekitar 37 minggu ke atas).
Mengapa Merembes Air Ketuban Bisa Terjadi?
Merembes air ketuban sebelum waktunya, yang dikenal sebagai ketuban pecah dini (KPD), bisa disebabkan oleh berbagai faktor. Beberapa penyebab umumnya meliputi:
Infeksi: Infeksi pada vagina atau saluran kemih dapat menyebabkan peradangan pada selaput ketuban, membuatnya lebih lemah dan mudah pecah.
Riwayat KPD Sebelumnya: Jika Anda pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya, risiko untuk mengalaminya lagi lebih tinggi.
Kehamilan Kembar: Beban ekstra pada rahim akibat kehamilan kembar dapat meningkatkan tekanan pada kantung ketuban.
Kelainan Bentuk Rahim atau Leher Rahim: Kondisi tertentu pada rahim atau leher rahim dapat membuat kantung ketuban lebih rentan.
Tekanan Tali Pusat yang Berulang: Gerakan janin yang terus menerus menekan tali pusat juga bisa berperan.
Riwayat Operasi pada Rahim: Pernah menjalani operasi seperti operasi caesar atau operasi lain pada rahim bisa memengaruhi kekuatan selaput ketuban.
Kekurangan Cairan Ketuban (Oligohidramnion): Jumlah cairan ketuban yang sedikit bisa membuat selaput lebih menempel pada janin, meningkatkan risiko robekan.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Merembes Air Ketuban?
Langkah pertama dan terpenting jika Anda mencurigai adanya rembesan air ketuban adalah: jangan panik, tetapi segera hubungi dokter atau bidan Anda.
Dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut memang air ketuban. Pemeriksaan ini mungkin meliputi:
Pemeriksaan Spekulum: Untuk melihat langsung apakah ada cairan yang keluar dari leher rahim dan mengambil sampel jika perlu.
Tes pH: Air ketuban bersifat basa (pH 7.1-7.3), sedangkan keputihan atau urine bersifat asam. Tes pH sederhana dapat membantu membedakannya.
Tes Nitrazin: Menggunakan kertas Nitrazin yang akan berubah warna jika terpapar air ketuban.
USG (Ultrasonografi): Untuk memeriksa jumlah cairan ketuban dan kondisi janin.
Jika dipastikan Anda mengalami ketuban pecah dini, dokter akan memberikan saran sesuai dengan usia kehamilan Anda:
Jika Sudah Cukup Bulan (≥ 37 minggu): Biasanya dokter akan merekomendasikan induksi persalinan karena risiko infeksi meningkat setelah ketuban pecah.
Jika Belum Cukup Bulan (< 37 minggu): Dokter akan mempertimbangkan risiko dan manfaatnya. Mungkin Anda akan dirawat di rumah sakit untuk pemantauan ketat, pemberian antibiotik untuk mencegah infeksi, dan obat-obatan untuk menunda persalinan jika memungkinkan, sambil menunggu janin siap lahir.
Penting untuk mengikuti semua instruksi medis dengan cermat. Pantau gerakan janin, perhatikan tanda-tanda infeksi (demam, nyeri perut hebat, bau tidak sedap), dan jangan ragu untuk bertanya jika ada kekhawatiran.
Artikel ini bersifat informatif dan bukan pengganti nasihat medis profesional. Selalu konsultasikan kondisi kehamilan Anda dengan dokter atau bidan.