Kehamilan adalah momen yang indah dan penuh penantian bagi setiap calon ibu. Namun, di balik kebahagiaan tersebut, penting bagi ibu hamil untuk selalu waspada terhadap berbagai perubahan dan gejala yang mungkin timbul. Salah satu kondisi yang memerlukan perhatian khusus adalah ketuban merembes. Fenomena ini, meskipun terkadang dianggap biasa, dapat menjadi indikasi adanya komplikasi yang serius dan berpotensi membahayakan ibu dan bayi.
Apa Itu Ketuban Merembes?
Ketuban, atau kantung ketuban, adalah sebuah membran tipis yang membungkus janin di dalam rahim. Kantung ini berisi cairan ketuban yang berfungsi untuk melindungi janin dari benturan, menjaga suhu janin tetap stabil, memungkinkan janin bergerak bebas untuk perkembangan otot dan tulang, serta mencegah tali pusat tertekan. Pecahnya selaput ketuban atau ketuban pecah dini (KPD) merupakan peristiwa yang ditandai dengan keluarnya cairan ketuban dari vagina. Namun, terkadang ketuban tidak pecah secara tiba-tiba melainkan mengalami rembesan yang lebih sedikit.
Ketuban merembes adalah kondisi ketika cairan ketuban keluar sedikit-sedikit dari vagina, bukan pecah secara mendadak dalam jumlah banyak. Cairan ini biasanya tidak berbau, berwarna bening hingga keputihan, dan terasa sedikit hangat. Perbedaan utama antara ketuban merembes dan keputihan biasa adalah konsistensinya yang lebih encer menyerupai air dan jumlahnya yang terus bertambah seiring waktu, serta kemungkinan adanya bercak darah atau lendir berwarna hijau atau coklat.
Penyebab Ketuban Merembes
Ada berbagai faktor yang dapat menyebabkan ketuban merembes, di antaranya:
- Infeksi pada saluran reproduksi: Infeksi seperti vaginosis bakterialis atau infeksi menular seksual dapat melemahkan selaput ketuban, membuatnya lebih rentan untuk pecah atau merembes.
- Riwayat ketuban pecah dini sebelumnya: Ibu yang pernah mengalami ketuban pecah dini pada kehamilan sebelumnya memiliki risiko lebih tinggi untuk mengalaminya lagi.
- Kehamilan kembar: Tekanan ekstra pada rahim akibat kehamilan kembar dapat meningkatkan risiko pecahnya ketuban.
- Polihidramnion (kelebihan cairan ketuban): Jumlah cairan ketuban yang berlebihan memberikan tekanan lebih besar pada kantung ketuban.
- Posisi janin sungsang atau tidak normal: Posisi janin yang tidak optimal dapat memberikan tekanan yang tidak merata pada selaput ketuban.
- Usia ibu yang terlalu muda atau terlalu tua: Risiko ketuban pecah dini cenderung lebih tinggi pada ibu hamil yang berusia di bawah 20 tahun atau di atas 35 tahun.
- Riwayat operasi pada leher rahim atau rahim: Prosedur medis sebelumnya yang melibatkan leher rahim atau rahim dapat memengaruhi kekuatan selaput ketuban.
- Merokok atau menggunakan obat-obatan terlarang: Kebiasaan buruk ini dapat memengaruhi kesehatan ibu dan janin, termasuk risiko ketuban pecah dini.
- Trauma pada perut: Benturan pada area perut dapat menyebabkan pecahnya ketuban.
Kapan Harus Waspada?
Mengenali gejala ketuban merembes sangat penting, terutama jika terjadi sebelum usia kehamilan cukup bulan (di bawah 37 minggu). Tanda-tanda yang perlu diwaspadai meliputi:
- Keluarnya cairan bening, kehijauan, atau kecoklatan dari vagina yang terasa hangat.
- Cairan tersebut tidak berbau atau berbau amis.
- Jumlah cairan yang keluar terus bertambah, meskipun hanya sedikit.
- Adanya sensasi seperti 'mengompol' yang tidak bisa dikontrol.
- Perut terasa kencang atau nyeri.
Jika Anda merasakan salah satu atau beberapa gejala di atas, jangan tunda untuk segera menghubungi dokter atau bidan Anda. Diagnosis dini dan penanganan yang tepat sangat krusial untuk mencegah komplikasi.
Risiko dan Komplikasi Ketuban Merembes
Ketuban merembes, terutama jika terjadi sebelum waktunya, dapat meningkatkan risiko berbagai komplikasi serius, antara lain:
- Infeksi pada ibu dan bayi: Pecahnya selaput ketuban membuka jalan bagi bakteri untuk masuk ke dalam rahim, menyebabkan infeksi yang dapat memengaruhi ibu dan janin.
- Persalinan prematur: Rembesan ketuban seringkali menjadi pemicu dimulainya persalinan, yang jika terjadi sebelum usia kehamilan cukup bulan, berisiko tinggi bagi bayi.
- Kekurangan cairan ketuban (oligohidramnion): Jika rembesan terjadi terus-menerus dalam jumlah signifikan, kadar cairan ketuban bisa berkurang drastis, menghambat pertumbuhan dan perkembangan janin.
- Masalah pada tali pusat: Terutama jika ketuban pecah dini terjadi saat janin belum masuk panggul sepenuhnya, tali pusat bisa tertekan atau bahkan turun ke jalan lahir (prolaps tali pusat), yang merupakan kondisi darurat.
Apa yang Harus Dilakukan?
Jika Anda mencurigai mengalami ketuban merembes, langkah terbaik adalah:
- Segera hubungi dokter atau bidan: Berikan informasi yang detail mengenai gejala yang Anda rasakan.
- Jangan menunda kunjungan ke fasilitas kesehatan: Dokter akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut memang air ketuban atau bukan, serta mengevaluasi kondisi ibu dan janin.
- Hindari berhubungan seksual: Ini untuk mencegah masuknya bakteri ke dalam rahim.
- Hindari penggunaan tampon: Gunakan pembalut jika perlu untuk menampung cairan.
- Istirahatkan tubuh: Hindari aktivitas berat.
Penanganan akan disesuaikan dengan kondisi Anda, usia kehamilan, dan kondisi janin. Dokter mungkin akan memberikan obat untuk mencegah infeksi, memantau perkembangan janin secara intensif, atau memutuskan untuk segera melakukan induksi persalinan jika diperlukan.