Kehamilan adalah momen yang penuh keajaiban sekaligus penuh dengan pertanyaan. Salah satu hal yang sering membuat calon ibu khawatir adalah perubahan fisik yang dialami, termasuk keluarnya cairan dari vagina. Di antara berbagai jenis cairan yang mungkin keluar, keluarnya air ketuban, meskipun hanya sedikit, adalah tanda yang sangat penting dan tidak boleh diabaikan. Memahami apa itu air ketuban, mengapa ia keluar, dan apa yang harus dilakukan adalah kunci untuk menjaga kesehatan ibu dan janin.
Ilustrasi: Simbol peringatan dan keamanan kehamilan
Air ketuban, atau cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini diproduksi oleh selaput amnion dan kemudian oleh janin itu sendiri setelah sekitar minggu ke-20 kehamilan. Air ketuban memiliki peran yang sangat krusial bagi perkembangan janin, di antaranya:
Keluarnya air ketuban, bahkan dalam jumlah sedikit, seringkali merupakan pertanda bahwa selaput ketuban telah pecah atau robek. Kondisi ini disebut dengan pecah ketuban. Meskipun biasanya pecah ketuban identik dengan keluarnya cairan dalam jumlah banyak dan mendadak, tidak jarang juga terjadi pecah ketuban parsial atau slow leak, di mana cairan keluar sedikit demi sedikit. Beberapa alasan mengapa air ketuban bisa keluar sedikit antara lain:
PROM terjadi ketika selaput ketuban pecah sebelum usia kehamilan mencapai cukup bulan (sekitar 37 minggu). Jika ini terjadi tanpa adanya tanda-tanda persalinan yang jelas, maka keluarnya air ketuban sedikit bisa menjadi indikasi awal. Penyebab PROM bervariasi, mulai dari infeksi pada selaput ketuban, kehamilan kembar, polihidramnion (kelebihan cairan ketuban), hingga kelainan pada leher rahim.
PPROM adalah kondisi PROM yang terjadi sebelum usia kehamilan 37 minggu. Ini adalah kondisi yang lebih serius karena janin belum sepenuhnya siap untuk dilahirkan, dan risiko komplikasi bagi janin lebih tinggi. Keluarnya air ketuban sedikit bisa menjadi tanda awal PPROM.
Menjelang akhir kehamilan, pembesaran janin dan rahim dapat memberikan tekanan yang lebih besar pada kandung kemih dan area sekitarnya. Terkadang, ibu hamil bisa salah mengira keluarnya sedikit cairan ketuban sebagai urine yang bocor, terutama jika dibarengi dengan batuk atau bersin. Namun, tekstur dan bau air ketuban berbeda dengan urine.
Infeksi pada saluran reproduksi atau kandung kemih juga dapat memicu peradangan pada selaput ketuban, yang berpotensi menyebabkan robekan kecil dan keluarnya air ketuban sedikit.
Membedakan keluarnya air ketuban dari cairan lain, seperti keputihan atau urine, sangat penting. Berikut adalah ciri-ciri yang perlu Anda perhatikan jika Anda curiga mengalami keluarnya air ketuban sedikit:
Setiap ibu hamil, terutama yang sudah memasuki trimester ketiga, harus waspada terhadap perubahan cairan yang keluar dari vagina. Jika Anda mencurigai adanya keluarnya air ketuban sedikit, segera lakukan langkah-langkah berikut:
Ini adalah langkah paling krusial. Segera beritahu dokter kandungan atau bidan Anda tentang apa yang Anda alami. Berikan informasi sedetail mungkin mengenai kapan pertama kali terjadi, seberapa sering, warna, bau, dan jumlah cairan yang keluar. Dokter atau bidan akan memberikan instruksi lebih lanjut, termasuk apakah Anda perlu segera ke rumah sakit atau klinik.
Mencoba memeriksa sendiri dengan memasukkan jari ke dalam vagina dapat meningkatkan risiko infeksi. Biarkan profesional medis yang menanganinya.
Jika Anda harus menunggu untuk pergi ke fasilitas kesehatan, gunakan pembalut bersih (bukan tampon) untuk menampung cairan dan mengamati perubahannya. Hindari penggunaan pembalut beraroma atau yang memiliki lapisan plastik, karena dapat mengiritasi.
Selama periode ini, sebaiknya hindari aktivitas seksual untuk mengurangi risiko infeksi.
Segera cari pertolongan medis jika Anda mengalami demam, nyeri perut bagian bawah, atau cairan ketuban berbau tidak sedap, karena ini bisa menjadi tanda infeksi.
Dokter atau bidan akan melakukan pemeriksaan untuk memastikan apakah cairan tersebut benar air ketuban atau bukan. Pemeriksaan mungkin meliputi:
Penanganan selanjutnya akan bergantung pada usia kehamilan, kondisi ibu, dan kondisi janin. Jika usia kehamilan sudah cukup bulan dan muncul tanda-tanda persalinan, induksi mungkin akan direkomendasikan. Namun, jika usia kehamilan masih prematur, penanganan akan lebih hati-hati untuk menunda persalinan sebisa mungkin sambil memantau ketat kesehatan ibu dan janin, serta mencegah infeksi.
Keluarnya air ketuban sedikit memang bisa menimbulkan kecemasan, namun dengan pengetahuan yang tepat dan respons yang cepat, Anda dapat memastikan kesehatan dan keselamatan diri serta buah hati Anda. Selalu percayai insting Anda sebagai ibu dan jangan ragu untuk berkonsultasi dengan profesional kesehatan.