Pengantar: Fiat, Moneterisme, dan Perspektif Austria
Sistem moneter global saat ini didominasi oleh mata uang fiat, sebuah bentuk uang yang nilainya tidak didukung oleh komoditas fisik seperti emas atau perak, melainkan semata-mata oleh kepercayaan dan dekrit pemerintah (fiat). Peralihan menuju sistem fiat penuh, yang terjadi secara progresif selama beberapa dekade terakhir, merupakan salah satu perubahan struktural paling signifikan dalam sejarah ekonomi modern. Bagi Mazhab Ekonomi Austria, yang berakar pada pemikiran Carl Menger, Ludwig von Mises, dan Friedrich A. Hayek, sistem fiat bukanlah sekadar mekanisme teknis pembayaran, melainkan akar fundamental dari ketidakstabilan ekonomi yang berulang dan siklus bisnis yang merusak.
Pendekatan Austria, atau sering disingkat ABA (Austrian Business Cycle Theory), menawarkan diagnosis yang tajam dan kontras terhadap pandangan moneteris dan Keynesian yang lebih umum diterima. Di mana teori arus utama melihat resesi sebagai hasil dari guncangan eksternal, inefisiensi pasar, atau permintaan agregat yang tidak memadai, ABCT menempatkan Bank Sentral dan manipulasi suku bunga sebagai penyebab utama yang menciptakan siklus ledakan (boom) dan kemerosotan (bust) yang tak terhindarkan. Masalah intinya terletak pada mekanisme penciptaan uang dan kredit yang berada di luar kontrol pasar yang alami, sebuah fitur definitif dari sistem fiat modern.
Fiat, dengan sifatnya yang memungkinkan bank sentral mencetak uang atau memperluas kredit tanpa batas yang riil, secara inheren memisahkan sinyal harga—khususnya suku bunga—dari realitas kelangkaan sumber daya dan preferensi waktu masyarakat. Pemisahan sinyal harga inilah yang menyebabkan mal-investasi struktural, penumpukan proyek-proyek yang tidak berkelanjutan, dan pada akhirnya, koreksi pasar yang menyakitkan. Memahami korelasi antara sistem uang yang tidak berdasar komoditas (fiat) dan manifestasi Teori Siklus Bisnis Austria (ABCT) adalah kunci untuk mengungkap sifat krisis ekonomi kontemporer.
Landasan Konseptual Austria: Uang, Waktu, dan Modal
Untuk memahami kritik Austria terhadap fiat, kita harus kembali ke konsep dasar. Dalam pandangan Austria, uang bukanlah alat manipulasi makroekonomi, tetapi media pertukaran yang berevolusi secara spontan dari komoditas pasar (seperti emas). Uang yang baik harus netral—artinya, perubahan jumlahnya tidak boleh memengaruhi struktur produksi atau preferensi individu secara tidak proporsional. Fiat, dengan penciptaannya yang terpusat dan arbitrer, melanggar prinsip netralitas ini secara mendasar.
Preferensi Waktu dan Suku Bunga Alamiah
Konsep inti dalam ABCT adalah ‘Preferensi Waktu’ (Time Preference). Ini adalah kecenderungan psikologis universal manusia untuk menghargai barang dan jasa di masa kini lebih tinggi daripada barang dan jasa yang sama di masa depan. Tingkat suku bunga yang ‘alamiah’ (semua hal dianggap sama) adalah manifestasi dari preferensi waktu agregat masyarakat. Jika masyarakat menabung lebih banyak (menunjukkan preferensi waktu rendah), mereka bersedia menunda konsumsi, dan suku bunga alamiah akan turun. Penurunan ini adalah sinyal riil bahwa tersedia lebih banyak sumber daya untuk investasi jangka panjang.
Suku bunga alamiah menjaga keseimbangan krusial antara konsumsi dan investasi. Suku bunga yang tinggi mendorong konsumsi saat ini (atau investasi yang cepat membuahkan hasil), sementara suku bunga yang rendah mengalihkan sumber daya ke proyek-proyek padat modal dan jangka panjang. Struktur modal (Hayekian structure of production) merujuk pada rangkaian tahap produksi—dari tahap awal (riset, bahan mentah) hingga tahap akhir (barang konsumen). Keseimbangan yang sehat memerlukan suku bunga yang jujur.
Gambar: Representasi pergerakan nilai mata uang fiat.
Mekanisme Mal-investasi: Kredit Palsu dan Distorsi Sinyal
Di bawah sistem fiat, bank sentral memiliki kemampuan untuk menetapkan suku bunga pasar di bawah tingkat alamiah yang ditentukan oleh preferensi waktu masyarakat. Inilah inti dari siklus bisnis Austria. Ketika bank sentral ingin ‘merangsang’ ekonomi, mereka menurunkan suku bunga secara artifisial, biasanya melalui ekspansi kredit bank dan operasi pasar terbuka. Penurunan suku bunga ini membanjiri pasar dengan ‘kredit palsu’ (fiduciary media)—dana pinjaman yang tidak berasal dari tabungan riil yang ditarik dari konsumsi, melainkan dari pencetakan uang baru.
Tahap Ledakan (Boom) Artifisial
Kredit palsu ini mengirimkan sinyal yang keliru kepada para pengusaha. Suku bunga yang rendah memberi kesan bahwa modal riil telah meningkat dan preferensi waktu masyarakat telah menurun (bahwa orang bersedia menunggu lebih lama untuk hasil investasi). Sebagai respons, para pengusaha memulai proyek-proyek investasi yang padat modal dan berjangka panjang yang sebelumnya dianggap tidak menguntungkan. Inilah yang disebut oleh Mises sebagai mal-investasi.
Mal-investasi terjadi karena pengusaha bertindak berdasarkan ilusi. Mereka percaya bahwa mereka memiliki sumber daya riil (tabungan) yang cukup untuk menyelesaikan proyek-proyek panjang tersebut, padahal dana yang mereka gunakan hanya berasal dari ekspansi moneter. Proyek-proyek ini seringkali terkonsentrasi di tahap awal struktur produksi—konstruksi, infrastruktur berat, teknologi baru yang membutuhkan waktu lama untuk menghasilkan keuntungan.
Fase ledakan ditandai oleh euphoria: harga aset naik, pasar saham melonjak, dan pekerjaan tampaknya berlimpah. Namun, ini adalah ledakan yang ditopang oleh fondasi moneter, bukan fondasi produktivitas riil atau tabungan yang berkelanjutan. Masyarakat belum benar-benar mengurangi konsumsi mereka untuk mendukung proyek-proyek jangka panjang ini.
Ketidakcocokan Intertemporal
Masalah mendasar yang ditimbulkan oleh kredit palsu adalah ketidakcocokan intertemporal. Proyek-proyek investasi yang dimulai memerlukan sumber daya (buruh, bahan baku, modal antara) secara terus-menerus selama bertahun-tahun. Namun, karena tidak ada peningkatan tabungan riil, masyarakat terus menuntut barang konsumsi pada tingkat yang sama atau bahkan lebih tinggi (karena ledakan moneter meningkatkan pendapatan nominal mereka). Sumber daya yang langka—terutama buruh dan modal antara—sekarang ditarik ke dua arah: tahap investasi yang panjang dan tahap konsumsi yang pendek.
Persaingan atas sumber daya ini menghasilkan kenaikan harga input, yang sering kali dilihat sebagai inflasi harga komoditas atau inflasi upah. Ini adalah bukti fisik bahwa sistem produksi telah berusaha membangun lebih dari apa yang dapat didukung oleh basis sumber daya riil (tabungan) masyarakat.
Transisi Menuju Kemerosotan (Bust) dan Koreksi
Fase ledakan yang didorong oleh fiat tidak dapat dipertahankan. Cepat atau lambat, bank sentral harus menghentikan ekspansi kredit (atau setidaknya memperlambatnya), baik karena kekhawatiran inflasi harga konsumen yang tinggi, atau karena kenaikan biaya produksi membuat proyek mal-investasi menjadi jelas tidak menguntungkan.
Ketika ekspansi moneter melambat atau berhenti, suku bunga pasar mulai kembali ke tingkat alamiahnya. Inilah momen ‘kebenaran’. Proyek-proyek jangka panjang yang hanya menguntungkan pada suku bunga nol artifisial tiba-tiba menjadi tidak dapat dipertahankan. Mereka kekurangan dana untuk penyelesaian, karena dana yang diharapkan berasal dari ekspansi kredit selanjutnya tidak lagi tersedia, dan sumber daya riil yang mereka butuhkan telah menjadi terlalu mahal.
Koreksi dan Mal-investasi
Fase kemerosotan (resesi atau depresi) dalam pandangan ABCT bukanlah kegagalan pasar, tetapi proses korektif yang menyakitkan. Ini adalah penataan ulang wajib struktur modal. Para pengusaha terpaksa menghentikan proyek-proyek yang tidak berkelanjutan (mal-investasi) dan melikuidasi aset-aset yang tidak diperlukan. Aset yang spesifik untuk proyek mal-investasi mungkin kehilangan nilainya sepenuhnya, menyebabkan kerugian besar dan kebangkrutan. Pengangguran meningkat karena tenaga kerja yang tadinya bekerja di sektor ‘boom’ (seperti konstruksi properti yang berlebihan) harus dialihkan kembali ke sektor yang didukung oleh preferensi waktu riil.
Peran sistem fiat di sini sangat sentral: sistem ini menyediakan ‘senjata’ ekspansi kredit tanpa batas yang memungkinkan mal-investasi mencapai skala yang masif. Dalam sistem standar komoditas (seperti standar emas), batas fisik komoditas akan membatasi kemampuan bank untuk memperpanjang kredit palsu, sehingga membatasi durasi dan keparahan boom artifisial.
Gambar: Diagram siklus bisnis dan mal-investasi menurut Teori Austria.
Konsekuensi Jangka Panjang Sistem Fiat
Di luar siklus bisnis yang berulang, adopsi sistem fiat secara universal menghasilkan beberapa konsekuensi jangka panjang yang destabilisasi, yang semuanya berasal dari kemampuan bank sentral untuk mencetak uang dan mengelola permintaan agregat.
Inflasi Kronis dan Perusakan Tabungan
Sistem fiat memiliki bias struktural terhadap inflasi. Karena penciptaan uang lebih mudah dan lebih politis daripada pengetatan moneter, hampir semua bank sentral secara historis cenderung memperluas pasokan uang secara bertahap. Ini menghasilkan penurunan daya beli mata uang secara kronis. Inflasi, dari perspektif Austria, adalah transfer kekayaan yang regresif. Para penerima uang yang baru dicetak (institusi keuangan besar, pemerintah, dan entitas yang dekat dengan pusat kekuasaan moneter) diuntungkan terlebih dahulu (efek Cantillon), sementara orang-orang biasa yang menerima pendapatan nominal mereka belakangan, menanggung beban kenaikan harga.
Inflasi yang kronis ini merusak fungsi uang sebagai penyimpan nilai. Ia menghukum tabungan, mendorong spekulasi, dan memendekkan horizon investasi. Jika uang terus kehilangan nilainya, masyarakat termotivasi untuk mengonsumsi sekarang atau menginvestasikan tabungan mereka dalam aset-aset non-produktif (seperti properti atau barang koleksi) sebagai perlindungan inflasi, alih-alih menyalurkannya ke investasi produktif jangka panjang.
Moral Hazard dan Bailout
Dalam sistem fiat, kegagalan besar (bust) yang dihasilkan dari ekspansi kredit yang berlebihan hampir selalu dihadapi dengan intervensi negara dan bailout yang didanai oleh pencetakan uang atau utang baru. Kemampuan untuk mencetak uang menghilangkan disiplin keras pasar. Jika entitas tahu bahwa mereka akan diselamatkan jika proyek mereka terlalu besar untuk gagal (Too Big To Fail), mereka akan mengambil risiko yang jauh lebih besar (Moral Hazard) selama fase boom.
Setiap bailout, yang didanai oleh perluasan basis moneter, mempersulit proses likuidasi yang diperlukan. Bank sentral, alih-alih membiarkan koreksi pasar membersihkan mal-investasi, justru mencoba melawannya dengan lebih banyak kredit palsu, yang hanya menghasilkan mal-investasi baru atau ‘gelombang kedua’ dan menunda hari penghakiman. Ini adalah fenomena yang sering disebut ‘kebijakan obatan bius’ (drug addiction policy), di mana ekonomi terus membutuhkan dosis stimulasi moneter yang semakin besar untuk menghindari kemerosotan yang disebabkan oleh stimulasi sebelumnya.
Fiat, Utang, dan Peran Negara
Sistem fiat juga secara krusial mengubah hubungan antara negara dan pendanaan defisitnya. Dalam sistem standar komoditas, pemerintah tidak bisa mencetak uang untuk membiayai pengeluaran perang atau program sosial tanpa menghadapi penarikan komoditas (misalnya, emas) yang dapat menguras cadangan negara. Ini memberikan batasan anggaran yang disipliner.
Dengan fiat, batasan ini hilang. Pemerintah dapat membiayai defisitnya dengan menjual obligasi yang dibeli oleh bank sentral (monetisasi utang). Kemampuan ini menghilangkan disiplin fiskal, yang pada gilirannya menyebabkan pertumbuhan utang pemerintah yang eksplosif. Utang ini, yang pada dasarnya dibiayai oleh inflasi tersembunyi, merupakan pajak tidak langsung pada masyarakat dan memperbesar ketidakstabilan sistem keuangan secara keseluruhan. Ekspansi fiskal yang tidak bertanggung jawab menjadi semakin mudah di bawah rezim fiat.
Studi Mendalam: Heterogenitas Modal dan Mal-investasi
Untuk benar-benar menghargai kedalaman ABCT, kita harus memahami konsep heterogenitas modal. Modal (capital) bukanlah massa homogen yang bisa dialihkan dengan mudah. Pabrik, mesin, dan infrastruktur dibangun untuk tujuan spesifik. Ketika kredit palsu mengarahkan investasi ke sektor yang salah (misalnya, membuat terlalu banyak mesin untuk memproduksi panel surya di lokasi yang tidak efisien), modal ini menjadi spesifik dan tidak likuid. Ketika bust terjadi, modal ini tidak bisa dialihkan dengan mudah untuk memproduksi kebutuhan konsumen riil yang sebenarnya diminta pasar.
Inilah mengapa koreksi ABCT sangat menyakitkan: tidak hanya terjadi kebangkrutan, tetapi terjadi penataan ulang fisik seluruh rantai pasokan. Waktu dan sumber daya yang telah dihabiskan untuk proyek-proyek mal-investasi ini hilang secara permanen. Fiat memfasilitasi penyesuaian yang salah ini dengan memberikan sinyal harga yang salah, menyebabkan miliaran sumber daya dialokasikan ke penggunaan yang tidak pernah bisa dipertahankan tanpa intervensi moneter berkelanjutan.
Gambar: Ilustrasi struktur modal dan preferensi waktu.
Perbandingan Paradigma: Austria Melawan Mainstream
Kritik terhadap Kebijakan Moneter Kontemporer
Dalam dekade terakhir, kebijakan bank sentral seringkali didominasi oleh pendekatan yang ekstrem, seperti suku bunga nol (ZIRP) atau bahkan negatif (NIRP), dan pelonggaran kuantitatif (QE). Dari perspektif Austria, kebijakan-kebijakan ini adalah bentuk manipulasi harga moneter yang paling parah, yang tidak hanya gagal menyelesaikan masalah struktural, tetapi justru memperburuknya.
Monetaris mungkin berpendapat bahwa QE adalah cara untuk meningkatkan suplai uang dan merangsang pinjaman. Austria melihat QE sebagai pertukaran utang yang dijamin pemerintah (obligasi) dengan uang tunai baru, sebuah proses yang terutama meningkatkan cadangan bank komersial dan harga aset keuangan, tanpa banyak masuk ke ekonomi riil. Ini memperburuk ketidaksetaraan kekayaan, karena aset yang pertama kali naik harganya dimiliki oleh kelompok yang sudah kaya.
Keynesian mungkin menganjurkan pengeluaran defisit untuk meningkatkan permintaan agregat. Austria menegaskan bahwa masalahnya bukan pada permintaan yang kurang, tetapi pada struktur produksi yang salah alokasi. Mencoba menstimulasi permintaan tanpa tabungan riil hanya menghasilkan inflasi harga dan menghambat koreksi mal-investasi yang diperlukan.
Pada akhirnya, kebijakan fiat kontemporer mencoba menyelesaikan masalah yang disebabkan oleh kredit palsu dengan lebih banyak kredit palsu. Ini menjebak ekonomi dalam serangkaian siklus yang semakin lama semakin parah, dan membuat utang publik dan swasta mencapai tingkat yang tidak terbayangkan dalam sistem moneter yang disiplin.
Deflasi Versus Liquidasi
Salah satu ketakutan terbesar bank sentral di era fiat adalah deflasi (penurunan tingkat harga umum). Mereka menganggap deflasi sebagai musuh karena dapat memicu spiral penurunan pengeluaran dan pertumbuhan utang yang tidak terkendali. Namun, Mazhab Austria membuat perbedaan penting. Deflasi moneter (penurunan pasokan uang) dapat merusak, tetapi deflasi yang dihasilkan dari peningkatan produktivitas (penurunan harga karena barang menjadi lebih mudah diproduksi) adalah sinyal kemajuan ekonomi yang harus dirayakan.
Dalam fase bust, bank sentral panik menghadapi deflasi harga yang sehat—yaitu, penurunan harga sebagai bagian dari likuidasi mal-investasi dan penyesuaian biaya. Alih-alih membiarkan deflasi korektif ini terjadi, bank sentral menyuntikkan likuiditas besar-besaran, mencegah harga aset turun ke tingkat yang realistis. Proses ini, yang disebut euthanasia of the rentier oleh Keynesian, adalah penghalang utama bagi pemulihan riil, karena ia mempertahankan zombi korporasi yang seharusnya gagal.
Jika koreksi diizinkan terjadi, dana dan sumber daya akan dilepaskan ke tangan pengusaha yang lebih kompeten, dan struktur produksi dapat disesuaikan dengan preferensi waktu riil masyarakat. Sistem fiat, dengan ketakutannya yang akut terhadap deflasi harga, selalu memilih inflasi sebagai solusi, memastikan bahwa siklus dan mal-investasi terus berlanjut di bawah permukaan.
Fiat dan Degradasi Perhitungan Ekonomi
Peran uang adalah sebagai alat perhitungan ekonomi. Pengusaha menggunakan harga—terutama harga modal dan suku bunga—untuk menentukan apakah suatu proyek layak. Suku bunga adalah harga yang menghubungkan masa kini dengan masa depan.
Ketika sistem fiat memanipulasi suku bunga menjadi nol atau dekat nol, ia menghancurkan sinyal ini. Perhitungan ekonomi menjadi kabur. Tidak ada cara yang jelas untuk membedakan antara investasi yang riil dan berkelanjutan dari spekulasi murni. Modal yang seharusnya dilindungi menjadi rentan terhadap proyek-proyek yang tidak pernah menghasilkan nilai riil.
Distorsi yang terjadi sangat mendalam. Dalam sistem fiat, modal dialokasikan tidak berdasarkan kelangkaan atau kebutuhan konsumen, tetapi berdasarkan akses terdekat ke saluran pencetakan uang (Bank Sentral). Ini menyebabkan korupsi finansial, di mana kemampuan untuk mendapatkan pinjaman murah dari pusat moneter menjadi lebih penting daripada efisiensi atau inovasi riil.
Siklus Utang Global
Sistem fiat memfasilitasi pembangunan ‘gunung’ utang global. Karena uang dapat diciptakan dengan mudah, stimulus utang selalu terasa seperti pilihan yang paling tidak menyakitkan dalam jangka pendek. Namun, utang yang dikumpulkan selama fase boom (yang merupakan utang fiat) mewajibkan pembayaran di masa depan. Jika siklus bisnis selalu diatasi dengan lebih banyak utang baru, ekonomi pada akhirnya menjadi terlalu sensitif terhadap kenaikan suku bunga sekecil apa pun.
Ini menciptakan dilema: bank sentral harus memilih antara membiarkan utang yang sangat besar meledak (menyebabkan depresi besar) atau terus mencetak uang untuk menekan suku bunga (menyebabkan kehancuran daya beli uang, atau hiperinflasi). Bagi Mazhab Austria, dilema ini adalah hasil logis dan tak terhindarkan dari penolakan disiplin moneter yang merupakan ciri khas sistem fiat.
Menyaring Kebisingan: Fiat Sebagai Intervensi Maksimal
Inti dari kritik Austria terhadap fiat adalah bahwa fiat merupakan intervensi pasar yang paling besar dan paling fundamental. Uang adalah setengah dari setiap transaksi; jika nilai dan kuantitasnya dimanipulasi, setiap transaksi, setiap harga, dan setiap keputusan investasi menjadi terdistorsi.
Intervensi ini menghasilkan kerugian sosial yang masif dan tersembunyi. Kekayaan dialihkan dari produsen riil dan penabung ke spekulan dan bankir yang merupakan pihak pertama yang mendapatkan uang baru. Ketidakpastian meningkat karena pengusaha tidak dapat memprediksi kapan bank sentral akan mengubah arah kebijakan, memaksa mereka untuk menghabiskan sumber daya yang berharga untuk ‘membaca’ sinyal bank sentral (The Fed Watching) alih-alih merencanakan produksi riil.
Dalam jangka panjang, sistem fiat merusak pondasi kapitalisme—yaitu kalkulasi rasional dan penghargaan terhadap tabungan. Ia mengubah ekonomi riil menjadi kasino yang didorong oleh kebijakan moneter terpusat, sebuah kondisi yang Mises dan Hayek peringatkan akan mengarah pada sosialisme perencanaan terpusat di bidang moneter.
Implikasi Politik dan Sosial
Selain implikasi ekonomi, sistem fiat memiliki konsekuensi politik dan sosial yang mendalam. Sistem ini memusatkan kekuasaan yang luar biasa di tangan sekelompok kecil birokrat yang tidak terpilih (Bank Sentral). Keputusan mereka mengenai berapa banyak uang yang harus diciptakan, atau tingkat suku bunga yang harus ditetapkan, mempengaruhi nasib miliaran orang.
Pemusatan kekuasaan moneter ini menghilangkan mekanisme pasar yang seharusnya menyebarkan informasi dan keputusan ke seluruh jutaan agen. Ketika keputusan terpusat salah (seperti menurunkan suku bunga di bawah nol alamiah), kesalahan tersebut diperkuat dan memengaruhi seluruh ekonomi. Ini adalah risiko inheren dari setiap bentuk perencanaan terpusat, terlepas dari niat baik para perencana.
Kesimpulan: Menghadapi Realitas Moneter Fiat
Analisis yang diberikan oleh Teori Siklus Bisnis Austria menunjukkan bahwa sistem mata uang fiat adalah penyebab utama dan sistematis dari ketidakstabilan ekonomi modern. Kemampuan bank sentral untuk menciptakan kredit palsu, melepaskan suku bunga dari preferensi waktu riil, dan memaksakan mal-investasi struktural, menjamin bahwa ekonomi akan selalu bergerak antara ledakan yang tidak berkelanjutan dan kemerosotan korektif yang menyakitkan.
Fiat tidak hanya menciptakan inflasi harga kronis dan utang yang berlebihan, tetapi juga merusak sinyal harga yang penting, mendistorsi struktur modal, dan memusatkan risiko sistemik di sektor keuangan. Setiap upaya untuk menstabilkan sistem fiat dengan lebih banyak intervensi moneter hanya menunda dan memperburuk koreksi yang tak terhindarkan. Pemahaman mendalam mengenai hubungan antara fiat dan ABCT adalah esensial untuk siapa pun yang mencari pemahaman yang jujur tentang sifat krisis keuangan kontemporer dan cara menuju stabilitas moneter sejati.
Solusi yang disarankan oleh mazhab ini seringkali berkisar pada penghapusan hak istimewa bank sentral untuk memonopoli penciptaan uang dan kembali ke bentuk uang pasar yang disiplin, atau setidaknya uang yang tunduk pada batasan kelangkaan (seperti standar komoditas murni atau alternatif desentralisasi kontemporer). Tanpa reformasi mendasar ini, ekonomi global akan terus terperangkap dalam siklus boom dan bust yang semakin ekstrem, didorong oleh ilusi kredit yang diciptakan oleh dekrit pemerintah.
Pengulangan siklus ini bukan kebetulan; itu adalah konsekuensi logis. Suku bunga yang dipaksakan di bawah level yang diperlukan oleh kelangkaan sumber daya riil akan selalu mengalokasikan investasi secara salah. Ketika mal-investasi ini terungkap, likuidasi adalah satu-satunya jalan menuju pemulihan riil. Sistem fiat memastikan bahwa proses likuidasi ini akan selalu ditentang oleh otoritas, yang menciptakan kondisi untuk krisis yang lebih besar lagi di masa depan. Ketidakstabilan struktural ini adalah warisan abadi dari sistem fiat yang lepas dari jangkar kelangkaan dan akuntabilitas pasar.
Aspek politik dan sosial tidak dapat diabaikan, sebab sistem fiat memberikan instrumen bagi negara untuk mendanai pengeluaran secara tersembunyi melalui inflasi. Ini adalah bentuk pajak yang paling tidak transparan, yang merusak integritas moral pasar dan merampas nilai tabungan masyarakat secara perlahan. Kepercayaan pada nilai uang tergerus, yang pada gilirannya mengurangi horizon perencanaan individu dan perusahaan, sebuah proses yang memperlambat akumulasi modal riil jangka panjang.
Dalam analisis terakhir, fiat adalah izin untuk mencampuradukkan antara tabungan riil dan kredit artifisial. Pencampuran inilah yang, menurut teori Austria, secara sistematis menghasilkan ledakan yang mustahil dipertahankan, diikuti oleh keruntuhan yang merupakan pembersihan yang diperlukan, yang sayangnya terus dihindari oleh otoritas moneter dengan menggunakan alat yang sama yang menyebabkan masalah tersebut. Inilah drama ekonomi modern: siklus fiat yang tiada akhir.