Memasuki trimester akhir kehamilan, seorang ibu hamil akan mulai lebih peka terhadap perubahan tubuhnya. Salah satu momen yang paling dinantikan sekaligus mendebarkan adalah tanda-tanda persalinan. Di antara berbagai tanda tersebut, keluarnya air ketuban merupakan salah satu indikator penting bahwa proses persalinan kemungkinan besar akan segera dimulai.
Air ketuban, atau yang secara medis dikenal sebagai cairan amnion, adalah cairan yang mengelilingi bayi di dalam rahim selama kehamilan. Cairan ini memiliki peran krusial dalam melindungi bayi dari benturan, menjaga suhu rahim tetap stabil, mencegah tali pusat tertekan, serta memungkinkan bayi bergerak bebas untuk perkembangan otot dan tulangnya. Memahami ciri-ciri keluarnya air ketuban sangat penting agar ibu dapat mengambil tindakan yang tepat dan mempersiapkan diri.
Sebelum membahas ciri-cirinya, mari kita pahami sedikit tentang air ketuban. Cairan ini sebagian besar terdiri dari air, namun juga mengandung elektrolit, protein, karbohidrat, lipid, dan urea. Pada awal kehamilan, air ketuban sebagian besar berasal dari cairan ibu, namun seiring perkembangan janin, urin janin menjadi komponen utama pembentukan air ketuban.
Fungsi utama air ketuban meliputi:
Keluarnya air ketuban biasanya terjadi menjelang atau saat persalinan dimulai. Namun, ada beberapa kondisi di mana air ketuban bisa pecah sebelum waktunya (ketuban pecah dini). Mengenali ciri-cirinya akan membantu Anda membedakan dengan cairan tubuh lainnya.
Salah satu ciri paling jelas dari keluarnya air ketuban adalah adanya aliran cairan dari vagina yang bisa bervariasi. Terkadang, ini bisa berupa rembesan kecil yang terus-menerus, menyerupai buang air kecil yang tidak bisa ditahan. Di lain waktu, bisa berupa aliran yang lebih deras dan tiba-tiba, terutama jika ketuban pecah secara spontan.
Perlu diperhatikan bahwa pada beberapa wanita, keluarnya air ketuban mungkin tidak langsung banyak. Cairan bisa keluar sedikit demi sedikit dan bertambah seiring dengan kontraksi yang semakin kuat.
Air ketuban yang normal biasanya memiliki warna bening atau sedikit keputihan, menyerupai air cucian beras. Bau dari air ketuban normal cenderung tidak menyengat, kadang sedikit amis namun tidak menusuk.
Perhatikan jika cairan berwarna:
Seperti yang disebutkan, bau air ketuban normal tidak terlalu kuat. Jika Anda mencium bau yang tidak sedap, busuk, atau sangat amis, ini bisa menjadi tanda adanya infeksi dan Anda harus segera memeriksakan diri ke dokter atau bidan.
Air ketuban bisa pecah kapan saja. Namun, jika pecah sebelum usia kehamilan 37 minggu, ini disebut ketuban pecah dini. Jika ketuban pecah pada usia kehamilan yang sudah cukup bulan (37 minggu ke atas), ini seringkali merupakan tanda bahwa persalinan akan segera dimulai, baik dalam beberapa jam ke depan atau dalam 1-2 hari.
Banyak wanita merasakan adanya sensasi "pop" atau "letupan" sesaat sebelum air ketuban keluar, meskipun tidak semua mengalaminya. Setelah itu, mereka akan merasakan kehangatan dan kemudian keluarnya cairan.
Penting bagi ibu hamil untuk bisa membedakan keluarnya air ketuban dengan cairan tubuh lainnya, seperti keputihan yang banyak atau urin. Keputihan cenderung lebih kental dan tidak mengalir deras, serta bau yang berbeda. Urin biasanya memiliki bau yang khas dan dapat ditahan. Jika ragu, segera konsultasikan dengan profesional kesehatan.
Jika Anda mencurigai air ketuban pecah, jangan panik. Segera lakukan langkah-langkah berikut:
Memahami ciri-ciri keluarnya air ketuban adalah bagian penting dari persiapan persalinan. Dengan informasi yang tepat, Anda dapat bertindak cepat dan memastikan kesehatan Anda serta bayi Anda terjaga.