Panduan Lengkap Cara Menghitung Indeks Pergelangan Kaki-Lengan (ABI)

Apa Itu Indeks Pergelangan Kaki-Lengan (ABI)?

Indeks Pergelangan Kaki-Lengan, atau Ankle-Brachial Index (ABI), adalah metode diagnostik non-invasif yang sangat vital dalam dunia kedokteran vaskular. Tes ini merupakan standar emas untuk skrining dan diagnosis Penyakit Arteri Perifer (PAD), suatu kondisi serius di mana arteri yang memasok darah ke ekstremitas menyempit atau tersumbat, biasanya akibat aterosklerosis. Pengukuran ABI pada dasarnya membandingkan tekanan darah sistolik di pergelangan kaki (arteri tibialis posterior atau dorsalis pedis) dengan tekanan darah sistolik di lengan (arteri brakialis).

Tujuan utama dari penghitungan ABI adalah untuk menentukan apakah terdapat penurunan aliran darah yang signifikan di kaki. Dalam keadaan normal, tekanan darah di pergelangan kaki seharusnya sama atau sedikit lebih tinggi daripada tekanan darah di lengan. Jika tekanan di pergelangan kaki secara substansial lebih rendah, ini mengindikasikan adanya penyumbatan atau penyempitan arteri. Akurasi dalam prosedur pengukuran dan perhitungan ABI adalah kunci untuk mendapatkan diagnosis yang tepat, yang pada gilirannya akan memandu strategi pengobatan yang efektif, mulai dari modifikasi gaya hidup hingga intervensi bedah.

Pentingnya Akurasi:

ABI adalah rasio. Kesalahan kecil dalam pengukuran tekanan darah sistolik, baik di lengan maupun di pergelangan kaki, dapat menyebabkan pergeseran signifikan pada rasio akhir, yang berpotensi mengubah klasifikasi penyakit (misalnya, dari borderline menjadi PAD ringan), sehingga mempengaruhi manajemen klinis pasien. Oleh karena itu, protokol yang ketat dan penggunaan peralatan yang dikalibrasi dengan baik sangat diperlukan.

Dasar Fisiologis Pengukuran ABI

Secara fisiologis, tekanan darah sistolik normalnya akan mengalami peningkatan minor saat darah mengalir dari aorta menuju ekstremitas bawah. Peningkatan ini disebabkan oleh pantulan gelombang tekanan. Oleh karena itu, rasio ideal (ABI) seharusnya mendekati 1.0 atau sedikit di atasnya. Ketika terjadi sumbatan aterosklerotik di arteri paha (femoralis) atau betis (poplitea, tibialis), hambatan aliran menyebabkan penurunan tekanan distal terhadap sumbatan tersebut. Penurunan tekanan ini adalah manifestasi yang kita ukur dan kuantifikasi melalui perhitungan ABI.

Prosedur ini melibatkan penggunaan alat yang disebut Doppler ultrasonografi. Doppler berfungsi mendeteksi sinyal aliran darah arteri di lokasi yang sulit didengar atau diraba. Berbeda dengan pengukuran tekanan darah konvensional yang mengandalkan suara Korotkoff, pengukuran ABI di pergelangan kaki memerlukan Doppler untuk mengidentifikasi titik kembalinya sinyal aliran saat manset dilepaskan, sehingga memberikan nilai sistolik yang sangat spesifik dan sensitif terhadap oklusi vaskular.

Diagram Lokasi Pengukuran ABI Ilustrasi menunjukkan titik-titik pengukuran tekanan darah untuk ABI: Arteri Brakialis di lengan dan Arteri Dorsalis Pedis serta Arteri Tibialis Posterior di pergelangan kaki. Lengan (Brachial) Tekanan Sistolik Lengan Pergelangan Kaki Dorsalis Pedis (DP) Tibialis Posterior (PT)

Persiapan: Alat dan Protokol Pasien

Keberhasilan dan keakuratan penghitungan ABI sangat bergantung pada persiapan yang teliti. Sebelum memulai pengukuran, pastikan semua alat berfungsi dengan baik dan pasien berada dalam kondisi yang optimal.

Peralatan yang Dibutuhkan

Protokol Persiapan Pasien

Standarisasi kondisi pasien adalah langkah pertama dalam meminimalkan variabilitas pengukuran:

  1. Istirahat: Pasien harus beristirahat dalam posisi supine (berbaring telentang) setidaknya selama 10 hingga 15 menit sebelum pengukuran dimulai. Aktivitas fisik atau stres emosional sesaat sebelum tes dapat meningkatkan tekanan darah sistolik secara artifisial.
  2. Posisi: Pasien harus berbaring telentang dengan kaki sedikit terpisah. Lengan harus rileks dan lurus di samping tubuh. Penting bahwa ekstremitas berada setidaknya sejajar dengan tingkat jantung untuk menghindari efek gravitasi pada tekanan hidrostatik.
  3. Eliminasi Vasokonstriksi: Pasien harus menghindari merokok atau mengonsumsi kafein dalam waktu 30 menit hingga 1 jam sebelum tes, karena kedua zat ini dapat menyebabkan penyempitan pembuluh darah (vasokonstriksi) yang tidak mencerminkan kondisi dasar.
  4. Suhu Lingkungan: Pastikan suhu ruangan nyaman. Lingkungan yang dingin dapat menyebabkan vasokonstriksi perifer, yang akan memengaruhi tekanan darah di pergelangan kaki.
  5. Informed Consent dan Edukasi: Jelaskan prosedur kepada pasien untuk mengurangi kecemasan. Prosedur ini tidak menyakitkan, namun akan ada tekanan dari manset.

Kesalahan prosedural pada tahap persiapan sering kali menjadi akar dari hasil ABI yang menyesatkan. Konsistensi dalam teknik dan lingkungan adalah fondasi untuk perhitungan yang valid. Setiap penyimpangan dari protokol standar, seperti pasien yang duduk atau baru saja berjalan, harus dicatat karena dapat memengaruhi interpretasi akhir.

Prosedur Pengukuran Tekanan Sistolik

Pengukuran ABI memerlukan delapan nilai tekanan sistolik total: dua dari lengan (kiri dan kanan), dan enam dari pergelangan kaki (kaki kiri: DP dan PT; kaki kanan: DP dan PT), meskipun pada prakteknya hanya nilai tertinggi dari DP atau PT per kaki yang digunakan dalam perhitungan rasio.

Langkah 1: Pengukuran Tekanan Brakialis (Lengan)

Tekanan brakialis adalah nilai penyebut (denominator) dalam rumus ABI. Kita perlu menentukan tekanan sistolik tertinggi dari kedua lengan.

  1. Manset: Pasang manset tekanan darah di atas arteri brakialis di masing-masing lengan.
  2. Lokasi Arteri: Gunakan probe Doppler 8 MHz dan sedikit jel untuk menemukan sinyal aliran darah arteri brakialis di fosa antekubital (lekukan siku).
  3. Inflasi: Pompa manset hingga tekanan melebihi 20-30 mmHg di atas titik di mana sinyal Doppler hilang. Hal ini memastikan oklusi total pada arteri.
  4. Deflasi dan Rekaman: Lepaskan tekanan secara perlahan (sekitar 2-3 mmHg per detik). Tekanan pada manset saat sinyal Doppler pertama kali kembali terdengar atau terdeteksi adalah Tekanan Darah Sistolik Brakialis.
  5. Bilateral: Ulangi proses ini di lengan yang berlawanan. Gunakan nilai sistolik tertinggi dari kedua lengan sebagai Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi (TSBT) dalam rumus. Penggunaan nilai tertinggi penting karena menunjukkan tekanan sentral yang paling mendekati, yang tidak dipengaruhi oleh potensi sumbatan di salah satu arteri subklavia (yang akan membuat tekanan di lengan yang terkena lebih rendah).

Langkah 2: Pengukuran Tekanan Pergelangan Kaki

Tekanan pergelangan kaki adalah nilai pembilang (numerator) dalam rumus ABI. Pengukuran ini memerlukan ketelitian tinggi karena arteri perifer lebih kecil dan sinyal Doppler mungkin lebih sulit ditemukan, terutama pada pasien dengan PAD lanjut.

Kesulitan dalam mendapatkan sinyal aliran darah (Doppler) adalah indikasi kuat adanya penyakit vaskular. Jika sinyal sulit didapat, operator harus menyesuaikan sudut probe, menambahkan jel, dan memastikan manset terpasang dengan benar sebelum menyimpulkan bahwa arteri tidak dapat dideteksi. Konsistensi tekanan deflasi adalah kunci untuk mendapatkan titik sistolik yang tepat.

Rumus dan Proses Perhitungan ABI

Setelah semua pengukuran tekanan sistolik dicatat, langkah selanjutnya adalah melakukan perhitungan rasio. Perhitungan ABI dilakukan secara terpisah untuk setiap kaki (ABI Kanan dan ABI Kiri).

Prinsip Dasar Perhitungan

ABI adalah rasio dari Tekanan Sistolik Kaki tertinggi dibagi dengan Tekanan Sistolik Brakialis tertinggi.

$$ \text{ABI Kaki (Kanan atau Kiri)} = \frac{\text{Tekanan Sistolik Tertinggi Kaki (DP atau PT)}}{\text{Tekanan Sistolik Tertinggi Brakialis (Kanan atau Kiri)}} $$

Langkah 3: Menentukan Nilai Numerator (Pembilang)

Untuk setiap kaki, Anda harus memilih nilai sistolik yang tertinggi dari kedua arteri: Dorsalis Pedis (DP) atau Tibialis Posterior (PT).

Contoh Data Pengukuran Awal:

Lengan Tekanan (mmHg) Kaki Tekanan DP (mmHg) Tekanan PT (mmHg)
Kanan 140 Kanan 85 90
Kiri 135 Kiri 105 115

Menentukan TSBT (Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi):

Dari data di atas, Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi (TSBT) adalah 140 mmHg (dari lengan kanan). Nilai ini akan menjadi penyebut untuk kedua kaki.

Menentukan TSKT Kanan (Tekanan Sistolik Kaki Tertinggi Kanan):

Kaki Kanan: DP (85 mmHg), PT (90 mmHg). Nilai tertinggi adalah 90 mmHg.

Menentukan TSKT Kiri (Tekanan Sistolik Kaki Tertinggi Kiri):

Kaki Kiri: DP (105 mmHg), PT (115 mmHg). Nilai tertinggi adalah 115 mmHg.

Langkah 4: Melakukan Pembagian Rasio

Perhitungan ABI Kanan:

$$ \text{ABI Kanan} = \frac{90 \text{ mmHg (PT Kanan)}}{140 \text{ mmHg (TSBT)}} = 0.64 $$

Perhitungan ABI Kiri:

$$ \text{ABI Kiri} = \frac{115 \text{ mmHg (PT Kiri)}}{140 \text{ mmHg (TSBT)}} = 0.82 $$

Pasien ini memiliki ABI Kanan 0.64 dan ABI Kiri 0.82. Kedua nilai ini akan digunakan untuk interpretasi klinis dan klasifikasi tingkat keparahan PAD.

Formula Utama Perhitungan ABI Diagram visualisasi rumus ABI sebagai rasio antara tekanan kaki tertinggi dan tekanan lengan tertinggi. ABI = Tekanan Sistolik Kaki Tertinggi (DP atau PT) Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi (Kanan atau Kiri)

Interpretasi Klinis dan Klasifikasi PAD

Nilai ABI adalah alat kuantitatif yang mengkategorikan pasien berdasarkan keparahan penyumbatan arteri. Interpretasi hasil tidak boleh dilihat secara terpisah, tetapi harus diintegrasikan dengan gejala klinis (seperti klaudikasio intermiten, nyeri saat istirahat, atau ulkus kaki).

Tabel Interpretasi Standar ABI

Nilai ABI Klasifikasi Klinis Signifikansi
≥ 1.30 Vena Non-Kompresibel Menunjukkan kalsifikasi dinding arteri (umum pada penderita diabetes atau gagal ginjal). ABI tidak dapat diandalkan; perlu pemeriksaan TBI.
1.00 – 1.29 Normal (Tidak Ada PAD) Tekanan di kaki sama atau sedikit lebih tinggi daripada di lengan.
0.91 – 0.99 Borderline (Rentang Batas) Meragukan, memerlukan tindak lanjut atau pemeriksaan ABI saat latihan.
0.71 – 0.90 PAD Ringan Seringkali asimtomatik (tanpa gejala) atau hanya mengalami klaudikasio ringan.
0.41 – 0.70 PAD Sedang Biasanya terkait dengan gejala klaudikasio intermiten yang jelas.
≤ 0.40 PAD Berat / Iskemik Tungkai Kritis (CLI) Risiko tinggi ulkus non-penyembuhan, infeksi, dan amputasi. Biasanya disertai nyeri saat istirahat.

Signifikansi Klinis Setiap Kategori

ABI Normal (1.00 – 1.29): Jika hasil ABI jatuh dalam rentang ini, kemungkinan besar pasien tidak menderita PAD. Namun, penting untuk dicatat bahwa atlet atau orang muda terkadang memiliki ABI sedikit di atas 1.3, tetapi ini tidak boleh disamakan dengan kalsifikasi arteri.

ABI Borderline (0.91 – 0.99): Rentang ini sering membingungkan. Pasien mungkin memiliki penyakit vaskular yang sangat awal atau penyakit non-oklusif. Jika pasien melaporkan gejala klaudikasio tetapi ABI-nya borderline, pemeriksaan ABI Latihan (Exercise ABI) sangat direkomendasikan untuk memprovokasi penurunan tekanan darah yang mungkin tidak terlihat saat istirahat. Penurunan ABI setelah latihan sebesar 15-20% dianggap positif untuk PAD.

PAD Ringan hingga Berat (≤ 0.90): Nilai di bawah 0.90 secara definitif mendiagnosis PAD. Semakin rendah angkanya, semakin parah penyumbatan dan semakin tinggi risiko kardiovaskular secara keseluruhan. Pasien dengan ABI < 0.70 memiliki risiko kejadian kardiovaskular mayor (seperti infark miokard atau stroke) yang jauh lebih tinggi.

Iskemia Tungkai Kritis (≤ 0.40): Ini adalah kondisi darurat vaskular yang membutuhkan evaluasi segera. Tekanan perfusi ke jaringan sangat rendah, menyebabkan nyeri saat istirahat, ulkus yang tidak sembuh, atau gangren. Angka ABI yang sangat rendah ini menandakan perlunya intervensi revaskularisasi (pemulihan aliran darah) untuk menyelamatkan anggota tubuh.

Kompleksitas dan Variasi Pengukuran ABI

Meskipun prosedur standar ABI sangat informatif, ada beberapa kondisi di mana perhitungan ABI tradisional menjadi tidak akurat atau menyesatkan. Dalam kasus ini, diperlukan penyesuaian prosedur atau penggunaan indeks alternatif.

Fenomena Arteri Non-Kompresibel (ABI > 1.30)

Salah satu keterbatasan utama ABI adalah pada pasien dengan kalsifikasi arteri (pengerasan dinding arteri) yang parah, sering terlihat pada penderita diabetes melitus yang sudah lama, gagal ginjal stadium akhir, atau usia lanjut. Arteri yang kaku tidak dapat dikompresi oleh manset, sehingga tekanan yang diperlukan untuk menutup arteri menjadi sangat tinggi.

Ketika tekanan sistolik pergelangan kaki yang diukur melebihi 200 mmHg, rasio ABI dapat mencapai 1.30 atau lebih. Hasil ini memberikan diagnosis ABI "palsu normal" atau "tidak terukur", karena tingginya angka tidak mencerminkan aliran darah yang baik, melainkan kekakuan pembuluh darah.

Solusi: Indeks Jari Kaki-Lengan (TBI)

Apabila ABI tidak dapat diandalkan (> 1.30), pengukuran harus beralih ke Indeks Jari Kaki-Lengan, atau Toe-Brachial Index (TBI). Arteri di jari-jari kaki (digital) cenderung kurang mengalami kalsifikasi dibandingkan arteri di pergelangan kaki. TBI dihitung dengan membagi tekanan darah sistolik tertinggi di jari kaki (menggunakan manset kecil khusus dan fotopletismografi) dengan Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi.

Nilai TBI normal adalah sekitar 0.70 atau lebih. TBI < 0.70 menunjukkan PAD, bahkan jika ABI berada di kisaran normal palsu.

ABI Latihan (Exercise ABI)

Pada pasien yang melaporkan gejala klaudikasio khas (nyeri kaki saat berjalan) tetapi memiliki ABI istirahat normal (antara 0.90 hingga 1.29), PAD yang mendasari mungkin hanya terungkap ketika kebutuhan metabolik kaki ditingkatkan melalui aktivitas.

Prosedur Exercise ABI:

  1. Ukur ABI istirahat (baseline).
  2. Pasien berjalan di atas treadmill datar (sekitar 2 mph) selama maksimal 5 menit, atau sampai timbulnya nyeri klaudikasio yang parah.
  3. Setelah pasien berhenti, segera ukur kembali tekanan sistolik pergelangan kaki dan brakialis (pengukuran harus cepat karena tekanan akan cepat kembali normal).
  4. Interpretasi Latihan: Penurunan nilai ABI sebesar 15-20% dari nilai istirahat atau penurunan absolut minimal 0.15 poin secara definitif mendiagnosis PAD. Penurunan ini disebabkan oleh ketidakmampuan arteri yang menyempit untuk meningkatkan aliran darah yang dibutuhkan selama aktivitas.

Penggunaan Exercise ABI sangat penting untuk mendeteksi PAD tahap awal yang disebut klaudikasio tersembunyi. Hasil yang akurat dari tes ini memastikan bahwa pasien tidak salah didiagnosis sebagai nyeri muskuloskeletal semata.

Pentingnya Pengukuran Bilateral

Seluruh prosedur ABI menekankan pengukuran bilateral (kiri dan kanan), baik pada lengan maupun pergelangan kaki. Hal ini krusial karena aterosklerosis dapat terjadi secara asimetris. Menggunakan tekanan lengan yang salah (misalnya, lengan dengan stenosis arteri subklavia) sebagai penyebut dapat menghasilkan ABI yang salah hitung dan berpotensi menyembunyikan PAD yang sebenarnya. Selalu gunakan Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi (TSBT) yang didapat dari kedua lengan untuk memastikan rasio yang paling akurat mencerminkan tekanan sentral pasien.

Teknik Doppler Tingkat Lanjut dan Pemecahan Masalah

Mendapatkan sinyal Doppler yang jernih dan kuat adalah prasyarat mutlak untuk perhitungan ABI yang valid. Keahlian teknis operator dalam menggunakan probe Doppler seringkali menjadi faktor pembeda antara hasil yang akurat dan tidak terukur.

Optimalisasi Sinyal Doppler

Probe Doppler harus selalu diarahkan menuju atau menjauhi gelombang suara aliran darah pada sudut 45 hingga 60 derajat. Sudut tegak lurus (90 derajat) tidak akan menghasilkan sinyal yang kuat. Operator harus menerapkan sedikit tekanan pada probe, tetapi tidak terlalu banyak sehingga menekan arteri, yang dapat mengubah tekanan yang diukur.

Pada pasien yang sangat gemuk atau dengan edema (pembengkakan) parah, menemukan arteri bisa menjadi tantangan besar. Edema dapat menyerap gelombang suara, melemahkan sinyal. Dalam kasus ini, gunakan lebih banyak jel dan tekan probe sedikit lebih keras (sambil berhati-hati agar tidak mengoklusi arteri) untuk menembus lapisan jaringan yang lebih dalam.

Sinyal Aliran Darah

Sinyal Doppler memberikan informasi kualitatif yang penting. Dalam kondisi normal, sinyal aliran darah arteri perifer bersifat trifasik (tiga fase): aliran ke depan yang kuat pada sistol, diikuti oleh aliran balik singkat pada awal diastol, dan aliran ke depan lagi yang lebih kecil. Pola trifasik menandakan pembuluh darah yang sehat.

Ketika terdapat PAD, sinyal Doppler akan berubah menjadi bifasik atau monofasik. Sinyal monofasik, di mana hanya ada satu gelombang aliran ke depan, adalah indikasi PAD yang signifikan, bahkan sebelum penghitungan ABI selesai. Jika sinyal yang didapatkan monofasik, operator harus lebih waspada terhadap hasil ABI yang rendah.

Masalah Umum dalam Pengukuran Kaki

Terkadang, salah satu arteri (misalnya, Dorsalis Pedis) mungkin sulit ditemukan karena variasi anatomis normal. Jika sinyal DP tidak dapat ditemukan, operator tidak boleh menyerah dan menggunakan PT sebagai satu-satunya pengukuran pergelangan kaki. Namun, jika kedua arteri (DP dan PT) di salah satu kaki tidak dapat didengar sinyalnya setelah upaya yang berulang, ini harus dicatat sebagai Tekanan Tidak Terukur (Unobtainable Pressure).

Tekanan yang tidak terukur pada ekstremitas bawah, terutama jika dikaitkan dengan kalsifikasi (ABI > 1.30 pada kaki yang berlawanan), harus dianggap sebagai bukti kuat adanya penyakit pembuluh darah parah, yang memerlukan tindak lanjut menggunakan TBI atau pencitraan vaskular (seperti USG dupleks).

Pengecekan Ulang Prosedur Deflasi

Kesalahan umum yang terjadi adalah deflasi manset yang terlalu cepat. Jika manset dilepaskan lebih cepat dari 5 mmHg per detik, operator mungkin melewatkan sinyal sistolik pertama yang kembali. Kecepatan deflasi harus konsisten 2–3 mmHg per detik untuk memastikan penangkapan titik tekanan sistolik yang paling akurat, yaitu saat aliran darah pertama kali melewati oklusi yang dibuat oleh manset.

Peran ABI dalam Manajemen dan Prediksi Risiko

Hasil perhitungan ABI tidak hanya digunakan untuk diagnosis, tetapi juga menjadi penentu utama dalam stratifikasi risiko pasien dan panduan intervensi pengobatan.

ABI sebagai Prediktor Risiko Kardiovaskular

Banyak penelitian telah menunjukkan bahwa ABI yang rendah (< 0.90) adalah prediktor independen yang kuat untuk morbiditas dan mortalitas kardiovaskular. Seseorang dengan PAD yang terdeteksi melalui ABI memiliki risiko dua hingga tiga kali lipat lebih tinggi untuk mengalami serangan jantung atau stroke, bahkan jika mereka asimtomatik. Ini menekankan perlunya skrining ABI pada populasi berisiko tinggi (perokok, penderita diabetes, hipertensi, dan dislipidemia).

Implikasi Farmakologis

Pasien yang didiagnosis PAD (ABI < 0.90) harus segera memulai terapi medis agresif untuk memodifikasi risiko aterosklerosis. Ini termasuk:

  1. Antiplatelet: Aspirin atau clopidogrel direkomendasikan untuk mengurangi risiko trombosis.
  2. Statin: Untuk menurunkan kadar kolesterol LDL secara intensif.
  3. Pengendalian Tekanan Darah dan Diabetes: Kontrol ketat terhadap faktor risiko metabolik untuk memperlambat perkembangan aterosklerosis.

ABI dan Penyembuhan Luka

Dalam manajemen luka kronis, terutama ulkus kaki diabetik, pengukuran ABI adalah langkah awal yang wajib dilakukan. Penyembuhan luka memerlukan perfusi darah yang memadai. Jika ABI menunjukkan iskemik yang signifikan (misalnya, ≤ 0.50), ulkus kemungkinan besar tidak akan sembuh tanpa revaskularisasi. Tekanan perfusi yang buruk menghambat pengiriman oksigen, nutrisi, dan sel-sel imun ke lokasi luka, menjadikannya rentan terhadap infeksi dan gangren.

Panduan klinis sering menetapkan ambang batas perfusi. Sebagai contoh, tekanan pergelangan kaki mutlak di bawah 50 mmHg atau TBI di bawah 0.30 sering dikaitkan dengan kegagalan penyembuhan ulkus dan menandakan perlunya intervensi bedah segera.

Monitoring Periodik

Pada pasien yang telah didiagnosis PAD, ABI harus diukur secara periodik (biasanya setiap 6 hingga 12 bulan) untuk memantau perkembangan penyakit atau menilai efektivitas intervensi pengobatan. Penurunan ABI sebesar 0.15 atau lebih dari pengukuran sebelumnya dianggap sebagai progresi penyakit yang signifikan dan mungkin memerlukan evaluasi ulang atau perubahan strategi manajemen.

Sebaliknya, peningkatan nilai ABI setelah intervensi revaskularisasi (seperti angioplasti atau bypass) adalah tanda keberhasilan prosedural dan pemulihan aliran darah ke distal ekstremitas.

Pertimbangan Khusus dan Tantangan dalam Perhitungan ABI

Untuk mencapai perhitungan ABI yang paling informatif, operator harus menyadari situasi-situasi khusus yang memerlukan penyesuaian atau interpretasi yang hati-hati.

Pasien Dialisis dan Gagal Ginjal

Pasien dengan penyakit ginjal kronis, terutama yang menjalani dialisis, memiliki prevalensi kalsifikasi arteri yang sangat tinggi. Hal ini membuat ABI mereka seringkali > 1.30, tidak mencerminkan adanya iskemik. Pada populasi ini, TBI menjadi tes lini pertama yang disukai untuk menilai perfusi perifer, karena pembuluh darah digital lebih jarang mengalami kalsifikasi dibandingkan pembuluh darah proksimal di pergelangan kaki.

Anomali Arteri Brachialis

Meskipun kita selalu menggunakan Tekanan Sistolik Brakialis Tertinggi (TSBT), harus dipertimbangkan apakah perbedaan tekanan antara kedua lengan sangat besar (lebih dari 20 mmHg). Perbedaan yang signifikan ini dapat mengindikasikan stenosis arteri subklavia atau stenosis brachiocephalic, yang merupakan bentuk PAD yang menyerang ekstremitas atas. Jika ini terjadi, pengukuran ABI masih menggunakan TSBT, tetapi temuan stenosis ekstremitas atas juga harus ditindaklanjuti secara terpisah karena juga meningkatkan risiko stroke.

Kesalahan Pembacaan Manset (Cuff Artifact)

Kesalahan mekanis, seperti manset yang tidak dipasang dengan benar (terlalu longgar atau terlalu ketat), inflasi yang tidak memadai, atau deflasi yang tidak konsisten, dapat menghasilkan data tekanan yang salah. Pelatihan operator yang memadai dan kalibrasi alat secara teratur adalah langkah mitigasi yang esensial. Selain itu, pastikan manset dipasang di kulit telanjang, tidak di atas pakaian yang tebal, karena lapisan kain dapat mengganggu transmisi tekanan.

Nilai Ambang Batas Tekanan Mutlak

Selain nilai rasio ABI, nilai tekanan sistolik pergelangan kaki absolut juga penting. Bahkan jika rasio ABI relatif normal (misalnya 1.0), tekanan pergelangan kaki absolut yang sangat rendah (misalnya < 50 mmHg) pada pasien hipotensi dapat mengindikasikan perfusi yang buruk. Sebagai contoh, jika tekanan brakialis pasien hanya 80 mmHg, dan tekanan pergelangan kaki 80 mmHg (ABI 1.0), tekanan absolut 80 mmHg mungkin masih memadai. Namun, jika tekanan brakialis 160 mmHg, dan tekanan pergelangan kaki 80 mmHg (ABI 0.5), risiko iskemik sangat tinggi. Selalu pertimbangkan konteks tekanan absolut secara keseluruhan.

Dalam ringkasan, perhitungan Indeks Pergelangan Kaki-Lengan (ABI) adalah prosedur diagnostik yang fundamental dan sederhana namun membutuhkan presisi teknis dan pemahaman mendalam tentang fisiologi vaskular. Dari persiapan yang cermat, penggunaan Doppler yang terampil, hingga penerapan rumus yang benar, setiap langkah berkontribusi pada diagnosis yang tepat untuk Penyakit Arteri Perifer, memungkinkan intervensi dini yang krusial dalam pencegahan komplikasi kardiovaskular dan penyelamatan anggota tubuh.

Kepatuhan terhadap protokol baku, pengenalan terhadap keterbatasan (seperti kalsifikasi arteri), dan kemampuan untuk memecahkan masalah pengukuran di lokasi arteri perifer yang menantang adalah kompetensi inti yang harus dimiliki oleh setiap profesional kesehatan yang melakukan prosedur ini. Dengan tingkat akurasi dan detail yang optimal, ABI tetap menjadi alat yang tak tergantikan dalam penilaian kesehatan vaskular perifer.

Pemahaman yang mendalam tentang nuansa teknik pengukuran Doppler, khususnya dalam mencari sinyal aliran darah yang mungkin tersembunyi atau teredam oleh jaringan lunak yang tebal atau edema, menentukan keberhasilan pengukuran. Misalnya, pada pasien obesitas, operator harus sering memindahkan probe dan mengubah sudut inklinasi secara bertahap untuk memastikan bahwa gelombang suara ultrasonic benar-benar mencapai arteri dan dipantulkan kembali dengan kekuatan yang memadai. Penempatan jel yang tepat dan dalam jumlah yang cukup adalah kunci, karena udara atau ruang hampa antara probe dan kulit akan menghalangi transmisi gelombang suara secara total, menghasilkan sinyal palsu atau tidak ada sinyal sama sekali. Prosedur ini menuntut kesabaran dan keahlian yang terasah, terutama ketika arteri Dorsalis Pedis (DP) menunjukkan variasi anatomis yang umum atau arteri Tibialis Posterior (PT) tertekan di bawah struktur tendon dan otot. Kesalahan kecil dalam penentuan titik sistolik awal—saat sinyal pertama kali kembali—akan langsung mengacaukan rasio akhir ABI, menegaskan betapa krusialnya kecepatan deflasi manset yang terkontrol.

Penggunaan manset yang tidak proporsional dengan lingkar ekstremitas adalah sumber kesalahan sistematis lainnya. Jika manset pergelangan kaki terlalu sempit untuk kaki pasien yang edema, manset akan memberikan tekanan yang terlalu tinggi untuk mengoklusi arteri, menghasilkan pembacaan sistolik kaki yang lebih tinggi secara artifisial, yang pada gilirannya dapat menghasilkan ABI "normal palsu" pada pasien yang sebenarnya menderita PAD signifikan. Sebaliknya, manset yang terlalu lebar mungkin memerlukan tekanan yang lebih rendah untuk oklusi, menghasilkan ABI yang lebih rendah secara palsu. Standarisasi ukuran manset berdasarkan panduan yang ketat (misalnya, lebar manset harus 40% dari lingkar ekstremitas) harus diterapkan secara universal. Selain itu, teknisi harus memastikan bahwa manset pergelangan kaki diposisikan di atas maleolus, karena penempatan yang terlalu distal atau proksimal dapat memperkenalkan artefak pengukuran karena perbedaan tekanan hidrostatik lokal.

Dalam konteks klinis, penting untuk membedakan antara PAD yang menyebabkan klaudikasio dan nyeri kaki akibat kondisi muskuloskeletal atau neurologis. Klaudikasio vaskular (akibat PAD) secara klasik lega dengan istirahat, sementara neuropati atau stenosis spinal mungkin menghasilkan nyeri yang tidak terpengaruh oleh istirahat atau hanya mereda dengan perubahan posisi. ABI, terutama Exercise ABI, bertindak sebagai penentu objektif yang memvalidasi etiologi vaskular dari gejala tersebut. Jika seorang pasien melaporkan nyeri kaki saat berjalan, tetapi ABI istirahatnya 1.05 dan ABI latihan tetap 1.05, etiologi vaskular sangat kecil kemungkinannya. Sebaliknya, penurunan dari 1.05 menjadi 0.70 setelah berjalan adalah bukti konklusif PAD, yang menuntut manajemen risiko agresif terlepas dari keparahan gejala yang dilaporkan pasien.

Pemahaman mengenai keterbatasan pengukuran pada pasien diabetes yang memiliki kalsifikasi medial yang masif juga harus diperluas. Kalsifikasi ini tidak hanya membuat arteri non-kompresibel (ABI > 1.30), tetapi juga secara signifikan meningkatkan risiko amputasi. Ketika hasil ABI menunjukkan kalsifikasi, pengalihfungsian segera ke Indeks Jari Kaki-Lengan (TBI) bukan hanya opsi, tetapi keharusan. TBI, yang menggunakan manset mini dan fotopletismografi, mengukur tekanan perfusi di arteri digital, yang secara relatif terhindar dari kalsifikasi medial. Nilai TBI di bawah 0.70 adalah ambang batas diagnostik kritis untuk PAD pada populasi diabetes, dan nilai di bawah 0.50 menandakan risiko luka yang tidak sembuh dan iskemik yang mengancam anggota badan. Mengandalkan ABI tradisional pada pasien dengan kalsifikasi parah dapat menunda diagnosis dan intervensi yang vital.

Terakhir, proses dokumentasi setelah perhitungan ABI selesai harus detail dan komprehensif. Selain mencatat rasio ABI untuk kedua kaki, tekanan sistolik absolut di keempat titik utama (brakialis tertinggi, DP kanan, PT kanan, DP kiri, PT kiri) harus direkam. Kualitas sinyal Doppler (trifasik, bifasik, atau monofasik) juga harus dicatat, karena ini memberikan informasi prognostik kualitatif. Dokumentasi yang lengkap memungkinkan profesional kesehatan lain untuk memvalidasi perhitungan, membandingkan tren seiring waktu, dan membuat keputusan manajemen yang tepat berdasarkan data yang kuat. Dalam kasus ketidakcocokan antara gejala klinis dan hasil ABI, seluruh prosedur harus diulang untuk menyingkirkan kesalahan teknis sebelum menganggap hasil tersebut sebagai anomali biologis. Konsistensi dalam pencatatan dan pelaporan adalah elemen terakhir namun sama pentingnya dalam memastikan bahwa perhitungan ABI menjadi alat diagnostik yang akurat dan berharga.

🏠 Homepage