Air ketuban adalah cairan vital yang mengelilingi janin di dalam rahim selama kehamilan. Fungsinya sangat beragam, mulai dari melindungi janin dari benturan, menjaga suhu rahim tetap stabil, mencegah tali pusat tertekan, hingga membantu perkembangan paru-paru dan sistem pencernaan janin. Normalnya, volume air ketuban akan meningkat seiring bertambahnya usia kehamilan dan mulai berkurang menjelang persalinan. Namun, terkadang kondisi air ketuban bisa melebihi batas normal, yang dikenal sebagai polihidramnion atau hidramnion.
Polihidramnion merupakan kondisi di mana volume cairan ketuban melebihi 2.000 ml pada usia kehamilan 37-38 minggu, atau ketika indeks cairan ketuban (AFI) lebih dari 24 cm. Kondisi ini bisa terjadi pada sekitar 0.2% hingga 1% kehamilan. Meskipun tidak selalu berbahaya, polihidramnion perlu mendapat perhatian medis karena berpotensi menimbulkan komplikasi bagi ibu dan janin. Mengenali gejala dan mengetahui cara mengatasinya adalah langkah penting bagi ibu hamil.
Penyebab polihidramnion sangat beragam dan seringkali kompleks. Beberapa faktor yang dapat berkontribusi meliputi:
Dalam sebagian kasus, penyebab pasti dari polihidramnion tidak dapat diidentifikasi.
Gejala polihidramnion bisa bervariasi tergantung tingkat keparahannya. Pada kasus ringan, ibu mungkin tidak merasakan gejala apa pun. Namun, pada kasus yang lebih parah, gejala yang mungkin muncul meliputi:
Penanganan polihidramnion sangat bergantung pada penyebabnya, usia kehamilan, dan tingkat keparahan kondisi. Penting untuk diingat bahwa penanganan harus selalu dilakukan di bawah pengawasan dokter spesialis obstetri dan ginekologi.
Langkah pertama adalah diagnosis yang akurat. Dokter akan melakukan pemeriksaan fisik, USG untuk mengukur volume air ketuban (AFI), dan mungkin pemeriksaan tambahan untuk mencari penyebabnya, seperti tes darah untuk diabetes atau infeksi, serta USG Doppler untuk memantau kondisi janin dan plasenta.
Dalam beberapa kasus, dokter mungkin meresepkan obat-obatan untuk mengurangi produksi cairan ketuban. Obat yang umum digunakan adalah Indomethacin, sejenis obat antiinflamasi nonsteroid (OAINS). Obat ini bekerja dengan mengurangi volume urine janin dan mengurangi produksi cairan. Namun, penggunaan Indomethacin harus dilakukan dengan sangat hati-hati dan hanya atas resep dokter karena berpotensi menimbulkan efek samping pada janin, terutama jika digunakan terlalu dekat dengan waktu persalinan.
Jika volume air ketuban sangat berlebihan sehingga menimbulkan gejala yang parah seperti sesak napas berat, dokter mungkin merekomendasikan prosedur amnioreduksi. Prosedur ini melibatkan pengeluaran sebagian cairan ketuban menggunakan jarum yang dimasukkan melalui dinding perut ke dalam kantung ketuban, mirip dengan prosedur aminonsentesis. Tindakan ini bersifat sementara dan volume cairan ketuban dapat kembali meningkat. Amnioreduksi biasanya dilakukan untuk meredakan gejala sementara dan memfasilitasi pemantauan janin lebih baik.
Bagi ibu yang didiagnosis polihidramnion, pemantauan yang ketat oleh tim medis sangat penting. Ini bisa meliputi kunjungan rutin ke dokter, USG berkala untuk memantau pertumbuhan janin dan volume air ketuban, serta pemantauan kesejahteraan janin (misalnya, non-stress test atau biophysical profile) untuk mendeteksi tanda-tanda gawat janin.
Segera hubungi dokter atau bidan jika Anda mengalami gejala-gejala berikut, terutama jika Anda sedang hamil:
Polihidramnion adalah kondisi yang memerlukan perhatian medis. Dengan diagnosis dini dan penanganan yang tepat sesuai penyebabnya, risiko komplikasi dapat diminimalkan, sehingga kehamilan dapat berjalan dengan lebih aman bagi ibu dan janin.