"Jauhkanlah
daripadaku
ketidakbenaran
dan dusta." (Amsal 30:8)

Amsal 30:8 - Doa Keseimbangan Hidup yang Mendalam

Dalam hikmat yang tertuang dalam kitab Amsal, terdapat permata-permata rohani yang terus relevan sepanjang zaman. Salah satu ayat yang sungguh menyentuh dan memberikan panduan praktis bagi kehidupan kita adalah Amsal 30:8. Ayat ini bukan sekadar rangkaian kata, melainkan sebuah doa yang dipanjatkan dengan penuh kesadaran akan kerentanan manusia dan kerinduan akan integritas. Penulis Amsal, yang dikenal sebagai Agur bin Yake, mengungkapkan sebuah permohonan yang sederhana namun mendalam: "Jauhkanlah daripadaku ketidakbenaran dan dusta; jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan; cukupkanlah aku dengan rezeki yang setepatnya." (Terjemahan LAI).

Mari kita bedah lebih dalam makna dari permohonan ini. Kalimat pertama, "Jauhkanlah daripadaku ketidakbenaran dan dusta," adalah sebuah pengakuan atas kecenderungan manusia untuk jatuh ke dalam kesalahan, manipulasi, atau bahkan kebohongan, baik yang disengaja maupun tidak. Ketidakbenaran dan dusta dapat merusak hubungan, menghancurkan kepercayaan, dan menjauhkan kita dari kebenaran ilahi. Doa ini mencerminkan keinginan yang kuat untuk hidup dalam kejujuran, integritas, dan ketulusan. Ini adalah pondasi moral yang esensial bagi setiap individu yang ingin menjalani kehidupan yang bermakna dan berkenan di hadapan Tuhan.

"Jauhkanlah daripadaku ketidakbenaran dan dusta; jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan; cukupkanlah aku dengan rezeki yang setepatnya."

Kemudian, Agur melanjutkan dengan permohonan yang kedua: "jangan berikan kepadaku kemiskinan atau kekayaan." Permohonan ini mungkin terdengar paradoks. Bukankah semua orang menginginkan kekayaan? Dan bukankah kemiskinan seringkali dilihat sebagai kesulitan yang harus dihindari? Namun, Agur memahami bahaya yang tersembunyi di balik kedua ekstrem tersebut.

Bahaya Kemiskinan

Kemiskinan bisa menggoda seseorang untuk melakukan tindakan yang tidak jujur demi memenuhi kebutuhan dasar. Dalam keputusasaan, seseorang mungkin rela berbohong, mencuri, atau menipu. Doa agar dijauhkan dari kemiskinan menunjukkan kesadaran akan kerentanan moral yang dapat timbul akibat kekurangan materi. Kebutuhan yang mendesak bisa mengaburkan penilaian dan mendorong pada pilihan-pilihan yang bertentangan dengan prinsip.

Bahaya Kekayaan

Di sisi lain, kekayaan juga menyimpan jebakannya sendiri. Kekayaan yang berlebihan dapat membawa kesombongan, ketidakpedulian terhadap sesama, dan keterikatan hati pada harta benda. Seseorang yang kaya bisa saja merasa cukup dengan dirinya sendiri, melupakan ketergantungannya kepada Tuhan, dan menjadi materialistis. Ada kecenderungan untuk menjadi "diri sendiri" dalam kekayaan, mengabaikan nilai-nilai spiritual dan menganggap kekayaan sebagai tujuan akhir. Doa agar dijauhkan dari kekayaan adalah pengakuan bahwa kekayaan bisa menjadi ilah baru yang menggantikan Tuhan.

Doa untuk Keseimbangan

Inti dari permohonan ini terletak pada bagian terakhir: "cukupkanlah aku dengan rezeki yang setepatnya." Agur tidak meminta untuk hidup tanpa kebutuhan, tetapi ia berdoa agar diberi kecukupan yang pas, yang tidak berlebihan namun juga tidak kekurangan. Ini adalah doa untuk keseimbangan, untuk hidup dalam kondisi yang memungkinkan seseorang untuk fokus pada hal-hal yang lebih penting, seperti hubungan dengan Tuhan, pelayanan kepada sesama, dan pertumbuhan rohani, tanpa terlalu terbebani oleh masalah finansial atau tergoda oleh kemewahan. Rezeki yang setepatnya adalah rezeki yang memungkinkan kita untuk hidup tanpa rasa takut berlebihan akan kekurangan, namun juga tanpa godaan berlebihan untuk menjadi sombong atau materialistis.

Doa Amsal 30:8 mengajarkan kita sebuah kebijaksanaan yang sangat dibutuhkan di era modern ini. Kita hidup di dunia yang seringkali mempromosikan dua ekstrem: kesuksesan materi sebagai satu-satunya ukuran kebahagiaan, atau apatisme terhadap masalah ekonomi. Namun, hikmat ilahi mengingatkan kita akan pentingnya keseimbangan. Keseimbangan ini bukan berarti ketidakpedulian, melainkan sebuah hidup yang dijalani dengan integritas moral, kesederhanaan yang bersyukur, dan ketergantungan total kepada Tuhan sebagai sumber segala berkat.

Dengan memanjatkan doa seperti ini, kita mengakui bahwa kebahagiaan sejati tidak terletak pada jumlah harta yang dimiliki, tetapi pada hubungan yang benar dengan Tuhan dan sesama, serta hidup dalam kebenaran dan kejujuran. Amsal 30:8 adalah pengingat abadi bahwa hidup yang ideal adalah hidup yang seimbang, di mana kita mampu mengelola berkat dan tantangan hidup dengan hikmat, kejujuran, dan rasa syukur.

🏠 Homepage