Kitab Amsal dalam Alkitab seringkali dianggap sebagai panduan praktis untuk menjalani kehidupan yang bijaksana dan berkenan di hadapan Tuhan. Di antara banyak nasihat berharga yang terkandung di dalamnya, Amsal 3 ayat 9 dan 10 menawarkan pemahaman mendalam tentang konsep kekayaan sejati dan berkat yang menyertainya. Ayat-ayat ini memberikan instruksi yang jelas mengenai bagaimana kita harus memperlakukan Tuhan dalam hal keuangan dan materi, serta janji yang mengagumkan bagi mereka yang mematuhinya.
Amsal 3:9-10 (Terjemahan Baru):
"Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, maka lumbung-lumbungmu akan dipuaskan dengan limpah, dan perasan anggurmu akan meluap dengan air anggur baru."
Ayat 9 secara langsung memerintahkan kita untuk "muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu". Frasa "muliakanlah Tuhan" bukanlah sekadar ungkapan pasif, melainkan sebuah tindakan aktif. Ini berarti mengakui kedaulatan Tuhan atas segala sesuatu yang kita miliki. Segala sumber daya, talenta, kesempatan, dan pada akhirnya, segala kekayaan yang kita peroleh, berasal dari Tuhan. Oleh karena itu, cara kita menggunakan harta kita seharusnya mencerminkan rasa hormat dan pengakuan kita kepada Sang Pemberi.
Lebih spesifik lagi, perintah ini menekankan pemberian "hasil pertama dari segala penghasilanmu". Dalam konteks kuno, ini merujuk pada persembahan persepuluhan dan persembahan khusus lainnya kepada Tuhan, biasanya melalui mezbah atau para pelayan-Nya. Ini adalah praktik untuk mendahulukan Tuhan dalam segala hal, bahkan sebelum kebutuhan pribadi atau keinginan lainnya dipenuhi. Memberikan yang terbaik dan yang pertama kepada Tuhan adalah bentuk penyembahan dan pengakuan bahwa Dia adalah sumber dari segala berkat. Ini menunjukkan prioritas kita yang menempatkan hubungan dengan Tuhan di atas kepemilikan materi.
Setelah memberikan instruksi, ayat 10 kemudian menyajikan janji yang luar biasa: "maka lumbung-lumbungmu akan dipuaskan dengan limpah, dan perasan anggurmu akan meluap dengan air anggur baru." Ini adalah gambaran kekayaan yang berkelimpahan, sebuah metafora untuk kelimpahan materi dan kesuksesan dalam usaha. Tuhan berjanji untuk membalas ketaatan dan kemurahan hati dengan menyediakan lebih dari cukup. Lumbung yang dipuaskan dengan limpah dan perasan anggur yang meluap adalah simbol kemakmuran dan kecukupan yang tidak terbatas.
Penting untuk dipahami bahwa janji ini bukanlah semata-mata tentang kekayaan material belaka. Kelimpahan yang dijanjikan juga dapat mencakup kedamaian, kebahagiaan, keamanan, dan kepuasan hati yang mendalam yang hanya bisa berasal dari hubungan yang benar dengan Tuhan. Ketika hati kita tidak terikat pada harta benda dan kita belajar untuk melepaskannya demi kemuliaan Tuhan, kita justru mendapati bahwa Dia yang memelihara dan mencukupi segala kebutuhan kita dengan cara yang seringkali melebihi harapan kita.
Meskipun konteks historisnya berbeda, prinsip Amsal 3:9-10 tetap relevan bagi umat percaya di zaman modern. Memuliakan Tuhan dengan harta dapat diwujudkan melalui berbagai cara: memberikan perpuluhan dan persembahan yang tulus kepada gereja atau pelayanan yang berfokus pada Kerajaan Allah, mendukung kebutuhan sesama yang membutuhkan, berinvestasi dalam karya-karya kebaikan, atau menggunakan sumber daya kita untuk memajukan tujuan-tujuan yang mulia.
Tindakan ini bukan tentang jumlah yang kita berikan, tetapi tentang hati yang memberikan. Ketika pemberian kita didorong oleh kasih, ketaatan, dan keinginan untuk memuliakan Tuhan, maka kita sedang menabur benih berkat. Janji Tuhan bahwa lumbung akan dipuaskan dan perasan anggur akan meluap mengingatkan kita bahwa Dia adalah Allah yang murah hati dan setia. Dia tidak akan pernah berhutang kepada mereka yang datang kepada-Nya dengan hati yang tulus.
Namun, penting juga untuk menjaga perspektif yang benar. Fokus utama seharusnya adalah pada kemuliaan Tuhan dan pertumbuhan rohani, bukan pada sekadar mengejar kekayaan materi. Kepercayaan kepada janji-Nya akan memberikan keberanian untuk bertindak murah hati, bahkan ketika situasi keuangan terasa sulit. Sebaliknya, rasa takut akan kekurangan seringkali membuat orang enggan untuk memberi. Amsal 3:9-10 menantang kita untuk mengatasi rasa takut tersebut dengan iman dan mempercayai bahwa ketaatan kepada Tuhan akan membawa pada keberkatan yang sejati dan berkelimpahan. Dengan demikian, harta kita dapat menjadi alat untuk memuliakan Tuhan dan membawa dampak positif bagi dunia.