Dalam kitab Amsal, kebijaksanaan ilahi seringkali dihubungkan dengan kemakmuran dan keberkahan hidup. Salah satu ayat yang paling menonjol dalam konteks ini adalah Amsal 3 ayat 10. Ayat ini berbunyi: "Hormatilah TUHAN dengan hartamu dan dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu."
Ayat ini bukan sekadar anjuran untuk berderma, melainkan sebuah prinsip mendasar tentang hubungan kita dengan Tuhan, terutama dalam pengelolaan sumber daya yang telah Dia berikan kepada kita. Memahami Amsal 3 ayat 10 secara mendalam membuka wawasan tentang bagaimana kekayaan dan kemakmuran seharusnya dipandang dan digunakan.
Menghormati Tuhan dengan Harta
Kata "menghormati" dalam bahasa Ibrani, kabad, memiliki makna yang kaya, termasuk "memberi bobot," "memuliakan," atau "menghargai." Jadi, menghormati Tuhan dengan harta berarti kita memperlakukan harta kita dengan cara yang meninggikan dan memuliakan Tuhan. Ini bukan tentang kuantitas pemberian, tetapi tentang sikap hati di baliknya. Ketika kita memberikan sebagian dari apa yang kita miliki kepada Tuhan – melalui perpuluhan, persembahan, atau mendukung pekerjaan-Nya – kita sedang mengakui bahwa segalanya berasal dari Dia dan bahwa Dia adalah sumber segala berkat.
Ini juga berarti menghindari penggunaan harta untuk hal-hal yang tidak berkenan kepada Tuhan, seperti keserakahan, penipuan, atau memuaskan hawa nafsu yang merusak. Sebaliknya, harta digunakan untuk memuliakan-Nya, mendukung sesama yang membutuhkan, dan membangun kerajaan-Nya.
Hasil Pertama dari Segala Penghasilan
Frasa "hasil pertama" atau "puncak" (dalam beberapa terjemahan) menunjukkan prioritas. Ayat ini menekankan bahwa yang terbaik dari apa yang kita terima harus dipersembahkan terlebih dahulu kepada Tuhan. Ini mengajarkan disiplin spiritual dan kerendahan hati. Tanpa menunggu sisa atau setelah semua kebutuhan pribadi terpenuhi, kita diundang untuk menempatkan Tuhan di posisi teratas dalam pengelolaan finansial kita. Ini adalah tindakan iman yang percaya bahwa dengan memberi yang terbaik kepada Tuhan, Dia akan memastikan sisanya juga akan diberkati dan cukup.
Dalam konteks pertanian zaman kuno, "hasil pertama" adalah buah pertama yang dipanen, biji pertama yang ditanam, atau ternak pertama yang lahir. Ini adalah tanda syukur dan pengakuan atas kesuburan yang diberikan oleh Tuhan. Prinsip ini tetap relevan hingga kini; apa pun profesi atau sumber penghasilan kita, memberikan bagian pertama dari keuntungan, gaji, atau aset kita kepada Tuhan adalah bentuk ketaatan dan kepercayaan.
Janji Berkah
Meskipun ayat ini langsung berbicara tentang kewajiban memberi, implikasinya adalah janji berkat. Ayat-ayat selanjutnya dalam Amsal 3 (misalnya ayat 9-10) seringkali dikaitkan dengan janji kelimpahan dan kemakmuran. Ketaatan pada perintah ini tidak menjamin kekayaan materi yang melimpah ruah secara instan, tetapi menjanjikan bahwa lumbung akan terisi penuh dan tempat pemerasan anggur akan melimpah dengan anggur baru. Berkat ini bisa bersifat rohani, emosional, dan materiil. Ini adalah berkat yang datang dari hubungan yang benar dengan Sang Pemberi.
Namun, penting untuk diingat bahwa "penuh" dan "melimpah" di sini seringkali diartikan sebagai cukup untuk kebutuhan, bukan keserakahan yang tak pernah terpuaskan. Berkah Tuhan memberikan kepuasan dan rasa cukup, bahkan dalam keadaan sederhana, karena Dia menyertainya. Berkat ini juga bukan hanya tentang menerima lebih banyak, tetapi tentang menggunakan apa yang diterima dengan bijak dan untuk kemuliaan-Nya.
Mengaplikasikan Amsal 3:10 di Kehidupan Modern
Di era modern, di mana uang dan aset seringkali abstrak, prinsip ini tetap relevan. Ini berarti mengalokasikan sebagian dari pendapatan bulanan kita untuk persembahan gereja, sumbangan amal, atau membantu mereka yang membutuhkan. Ini juga berarti tidak menunda-nunda kewajiban memberi kita, melainkan menjadikannya prioritas utama.
Lebih dari sekadar angka yang kita berikan, Amsal 3:10 mengajarkan kita untuk memiliki perspektif yang benar tentang harta. Harta bukanlah tujuan akhir, melainkan alat yang dianugerahkan Tuhan untuk dikelola demi kemuliaan-Nya. Dengan memperlakukan harta kita sebagai milik Tuhan dan memberikan yang terbaik dari penghasilan kita kepada-Nya, kita sedang membangun dasar kehidupan yang kokoh, yang menjanjikan berkat sejati yang tidak dapat dirampas oleh kesulitan hidup. Ini adalah cara untuk hidup dalam hikmat ilahi, di mana ketaatan finansial membawa pada kemakmuran yang sesungguhnya.
Untuk pemahaman lebih lanjut tentang ayat ini, Anda bisa membaca seluruh pasal 3 dari kitab Amsal di Alkitab SABDA.