Kitab Amsal dalam Alkitab adalah gudang kebijaksanaan praktis untuk menavigasi kehidupan sehari-hari. Di antara banyak ajaran berharga yang terkandung di dalamnya, Amsal 3 ayat 1-3 menawarkan sebuah fondasi penting bagi siapa saja yang merindukan kehidupan yang diberkati dan menyenangkan hati Tuhan. Ayat-ayat ini bukanlah sekadar nasihat moral biasa, melainkan merupakan undangan untuk menjalani hidup yang didasarkan pada prinsip-prinsip ilahi, yang pada akhirnya akan membawa pada berkat yang melimpah.
Mari kita telaah lebih dalam setiap bagian dari ayat-ayat kunci ini:
Amsal 3:1-3 (TB):
"Hai anakku, janganlah lupakan ajaranku, tetapi peganglah selalu peringatan-Ku; sebab itu akan memperpanjang umurmu dan akan menambah lama hidupmu serta membawa kesejahteraan bagimu. Janganlah kiranya kasih setia dan kebenaran meninggalkan engkau, tetapi kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu."
Ayat pertama, "Hai anakku, janganlah lupakan ajaranku, tetapi peganglah selalu peringatan-Ku," adalah sebuah instruksi yang tegas namun penuh kasih dari seorang bapa kepada anaknya. "Ajaran" di sini merujuk pada hukum dan prinsip-prinsip Allah yang diwahyukan. Ini bukan tentang menghafal teks tanpa pemahaman, melainkan tentang menginternalisasi kebenaran ilahi agar menjadi bagian dari cara pandang dan pengambilan keputusan kita. "Peringatan-Ku" lebih menekankan pada hal-hal yang harus dihindari, kesalahan yang harus dijauhi. Kedua hal ini, ajaran dan peringatan, harus dipegang erat, bukan hanya diingat sesaat, tetapi menjadi kompas hidup.
Bagian kedua ayat tersebut mengungkapkan janji yang menyertainya: "sebab itu akan memperpanjang umurmu dan akan menambah lama hidupmu serta membawa kesejahteraan bagimu." Perlu dipahami bahwa "umur panjang" di sini tidak selalu berarti umur fisik yang sangat panjang tanpa penderitaan. Dalam konteks Perjanjian Lama, umur panjang seringkali juga mencakup kualitas hidup, kedamaian, dan kemakmuran yang diberikan oleh Tuhan. Kesejahteraan (shalom) mencakup keutuhan, kedamaian, keamanan, dan kesuksesan dalam segala aspek kehidupan. Dengan menomorsatukan ajaran dan peringatan Tuhan, kita membuka diri terhadap berkat-berkat yang Tuhan ingin curahkan dalam hidup kita, bukan sebagai hasil usaha manusia semata, tetapi sebagai respons atas ketaatan kita.
Ayat ketiga memberikan gambaran yang sangat indah tentang bagaimana kita seharusnya memandang dan memperlakukan prinsip-prinsip ilahi: "Janganlah kiranya kasih setia dan kebenaran meninggalkan engkau, tetapi kalungkanlah itu pada lehermu, tuliskanlah itu pada loh hatimu." "Kasih setia" (hesed) adalah cinta yang berdasar pada perjanjian, cinta yang teguh dan tak tergoyahkan. "Kebenaran" (emet) merujuk pada kejujuran, integritas, dan kesetiaan pada apa yang benar. Kedua kualitas ini adalah esensi karakter Allah dan juga karakter yang diharapkan dari umat-Nya. Mengkalungkannya pada leher berarti membuatnya terlihat, menjadi identitas publik kita. Menulisnya pada loh hati berarti mengukirnya dalam inti keberadaan kita, menjadikannya prinsip panduan yang fundamental.
Pesan dalam Amsal 3:1-3 tetap sangat relevan di era modern yang serba cepat dan penuh godaan. Dalam dunia yang seringkali mengutamakan kesuksesan materi, popularitas, atau kepuasan sesaat, kita perlu diingat bahwa fondasi sejati kebahagiaan dan keberhasilan terletak pada hubungan kita dengan Tuhan dan komitmen kita pada prinsip-prinsip-Nya. Ini berarti:
Amsal 3 ayat 1-3 mengingatkan kita bahwa hikmat ilahi bukanlah teori abstrak, melainkan panduan hidup yang membawa berkat nyata. Dengan merangkul ajaran Tuhan, memegang teguh prinsip-prinsip-Nya, dan menjadikannya sebagai inti dari identitas kita, kita sedang menapaki jalan menuju kehidupan yang tidak hanya panjang, tetapi juga penuh makna, kedamaian, dan berkat yang sejati.