Simbol kekayaan yang berlalu
Kitab Amsal, sebuah koleksi hikmat kuno, seringkali menyajikan kebenaran yang ringkas namun mendalam. Salah satu ayat yang patut direnungkan adalah Amsal 23:5, yang berbunyi:
"Apakah engkau hendak mengarahkan pandanganmu kepada apa yang bukan milikmu, sementara ia membuat sayap, lalu terbang ke langit seperti rajawali?"
Ayat ini secara gamblang menggambarkan sifat kekayaan duniawi yang sementara dan tak terduga. Ia tidak hanya mengingatkan kita untuk tidak meresahkan hati dengan keinginan yang tak perlu atas harta orang lain, tetapi juga menyoroti ketidakpastian kepemilikan materi.
Konsep "terbang ke langit seperti rajawali" dalam Amsal 23:5 memberikan gambaran visual yang kuat tentang bagaimana kekayaan bisa menghilang secepat burung yang melesat tinggi ke angkasa. Ada banyak alasan mengapa kekayaan bersifat sementara:
1. Ketidakpastian Kehidupan: Kehidupan itu sendiri penuh dengan ketidakpastian. Bencana alam, krisis ekonomi, perubahan pasar, atau bahkan kesehatan yang memburuk dapat seketika melenyapkan aset yang telah kita kumpulkan. Aset yang kita anggap aman hari ini bisa saja tidak berharga besok.
2. Keserakahan dan Pengelolaan yang Buruk: Seringkali, kekayaan menghilang bukan karena faktor eksternal semata, tetapi juga karena sifat manusiawi yang cenderung serakah atau pengelolaan yang tidak bijaksana. Keinginan untuk terus menambah harta bisa mengarah pada keputusan investasi yang berisiko tinggi, atau gaya hidup yang boros yang menggerogoti kekayaan secara perlahan namun pasti.
3. Perubahan Nilai: Nilai materi, baik itu mata uang, properti, maupun investasi lainnya, dapat berfluktuasi. Inflasi dapat mengikis daya beli uang Anda, sedangkan perubahan tren atau teknologi dapat membuat aset menjadi usang dan kehilangan nilainya.
4. Kehilangan yang Tak Terduga: Pencurian, penipuan, atau bahkan kehilangan karena kelalaian adalah realitas yang dapat menimpa siapa saja. Kekayaan yang tampaknya kokoh bisa saja lenyap dalam sekejap mata tanpa kita duga.
Pesan utama dari Amsal 23:5 bukan untuk melarang kita memiliki harta, melainkan untuk mengajarkan kita memiliki pandangan yang sehat dan seimbang terhadapnya. Ayat ini mengajarkan beberapa prinsip penting:
1. Fokus pada yang Abadi: Dengan menyadari bahwa kekayaan duniawi cepat berlalu, kita didorong untuk mengalihkan fokus kita kepada hal-hal yang bersifat abadi dan memiliki nilai kekal. Ini bisa berarti hubungan yang baik dengan sesama, pertumbuhan spiritual, kontribusi positif bagi masyarakat, atau investasi dalam pendidikan dan pengetahuan.
2. Kehati-hatian dalam Keinginan: Ayat ini secara implisit menasihati kita untuk berhati-hati dalam menginginkan apa yang bukan milik kita. Obsesi terhadap harta orang lain dapat mengalihkan energi dan perhatian kita dari tujuan hidup yang lebih mulia dan mengarah pada tindakan yang tidak etis.
3. Pengelolaan yang Bijaksana: Meskipun kekayaan bisa berlalu, bukan berarti kita harus mengabaikannya. Sebaliknya, kita didorong untuk mengelolanya dengan bijaksana. Ini berarti menabung, berinvestasi dengan hati-hati, menghindari utang yang tidak perlu, dan menggunakan harta yang kita miliki untuk kebaikan.
4. Rendah Hati: Mengetahui bahwa kekayaan bisa lenyap mengajarkan kita untuk tetap rendah hati, baik saat memiliki banyak maupun ketika menghadapi kekurangan. Kita tidak boleh menjadi sombong karena harta, dan tidak boleh putus asa ketika harta hilang.
Bagaimana kita bisa menerapkan hikmat Amsal 23:5 dalam kehidupan modern kita? Pertama, kita perlu meninjau kembali prioritas kita. Apakah kita lebih mengkhawatirkan akumulasi harta daripada pertumbuhan karakter? Apakah kita terus-menerus membandingkan diri dengan orang lain dan merasa iri atas apa yang mereka miliki?
Kedua, kita perlu mengembangkan pola pikir pengelolaan keuangan yang sehat. Ini termasuk membuat anggaran, menabung secara teratur, berinvestasi secara bijaksana, dan hidup sesuai dengan kemampuan. Hindari godaan untuk mengejar "kekayaan cepat" yang seringkali berujung pada kerugian.
Ketiga, penting untuk membangun sumber daya yang tidak lekang oleh waktu. Investasi dalam pendidikan, kesehatan, dan relasi yang kuat dengan keluarga dan teman adalah aset yang jauh lebih berharga dan cenderung bertahan lebih lama dibandingkan aset materi.
Terakhir, ayat ini mengingatkan kita untuk tidak terlalu bergantung pada kekayaan duniawi sebagai sumber keamanan atau kebahagiaan sejati. Sumber keamanan dan kebahagiaan yang paling hakiki seringkali ditemukan di luar ranah materi, dalam hubungan kita dengan Sang Pencipta dan dalam melayani sesama.
Amsal 23:5 menawarkan sebuah perspektif yang sangat berharga tentang sifat kekayaan. Dengan merenungkan pesannya, kita dapat mengembangkan sikap yang lebih bijaksana, tidak terlalu terikat pada hal-hal yang fana, dan lebih fokus pada nilai-nilai yang abadi.