Ingatkah Anda dengan masa-masa ketika internet dibanjiri dengan meme, video reaksi, dan percakapan tentang satu permainan yang sederhana namun mematikan: Among Us? Ya, Among Us dulu memang bukan sekadar permainan biasa. Ia menjelma menjadi fenomena budaya, sebuah platform sosial di mana persahabatan diuji, kepercayaan dikhianati, dan tawa pecah dalam hitungan detik. Permainan ini berhasil merebut hati jutaan orang di seluruh dunia, mengubah cara kita berinteraksi, dan bahkan membentuk tren di media sosial.
Meskipun Among Us sebenarnya dirilis pada tahun 2018 oleh Innersloth, popularitasnya baru meroket pada pertengahan tahun 2020. Kombinasi antara kesederhanaan mekanik permainannya, sifatnya yang sosial, dan kemampuannya untuk dimainkan di berbagai platform (terutama seluler) menjadikannya pelarian yang sempurna di tengah pandemi global yang memaksa banyak orang untuk beraktivitas dari rumah. Siapa sangka, para kru pesawat luar angkasa yang harus menyelesaikan tugas-tugas sederhana namun penuh ancaman pembunuhan dari Impostor bisa begitu mendominasi perbincangan global?
Among Us dulu berpusat pada konsep dasar yang sangat menarik. Sebagian pemain berperan sebagai kru pesawat luar angkasa yang harus bekerja sama menyelesaikan berbagai tugas untuk mempertahankan kelangsungan hidup pesawat. Namun, di antara mereka terselip satu atau lebih Impostor yang tujuannya adalah membunuh semua kru tanpa terdeteksi. Pertemuan darurat yang dipicu oleh penemuan mayat atau kecurigaan menjadi momen krusial. Di sinilah debat, tuduhan, pembelaan diri, dan upaya menipu menjadi inti permainan.
Kemampuan untuk berbohong dengan meyakinkan, memutarbalikkan fakta, atau bahkan secara cerdik menyalahkan orang lain adalah kunci kemenangan bagi Impostor. Sebaliknya, bagi kru, kemampuan untuk mengamati, mendengarkan, menganalisis informasi, dan membedakan mana yang benar dan mana yang dusta adalah penentu nasib mereka. Ketegangan saat diskusi, momen "sus" (mencurigakan) yang dilontarkan, dan keputusan voting yang kadang salah kaprah menjadi ciri khas yang tak terlupakan dari Among Us dulu.
Ada beberapa faktor yang membuat Among Us menjadi begitu adiktif. Pertama, aksesibilitasnya. Permainan ini gratis di perangkat seluler dan sangat terjangkau di PC, membuatnya dapat dijangkau oleh hampir semua orang. Kedua, sifat sosialnya. Bermain dengan teman-teman, berteriak saat Anda tahu siapa Impostor-nya, atau merasakan kepuasan saat berhasil menipu semua orang, menciptakan ikatan sosial yang kuat. Permainan ini mendorong komunikasi, kolaborasi (atau kegagalan kolaborasi), dan tentu saja, kejenakaan.
Ketiga, elemen ketidakpastian. Anda tidak pernah benar-benar tahu siapa yang bisa Anda percayai. Siapapun bisa menjadi Impostor, bahkan teman terdekat Anda di dunia maya. Rasa was-was yang konstan ini membuat setiap pertandingan terasa mendebarkan. Terakhir, kesederhanaan visualnya justru menjadi kekuatan. Karakter astronot yang imut dan mudah dikenali, peta yang jelas, dan tugas yang intuitif, semuanya berkontribusi pada daya tarik universalnya.
Among Us dulu mungkin tidak lagi mendominasi tangga peringkat unduhan atau percakapan media sosial seperti puncaknya dulu, namun warisannya jelas terasa. Permainan ini telah membuktikan bahwa sebuah ide sederhana, ketika dieksekusi dengan baik dan didukung oleh sifat sosial manusia, dapat menciptakan fenomena global. Ia memberikan hiburan bagi jutaan orang, mengajarkan banyak orang tentang logika, persuasi, dan bahkan taktik penipuan (tentu saja dalam konteks permainan!).
Kini, meskipun permainannya masih dimainkan, euforia masa Among Us dulu terasa berbeda. Pengembang terus berupaya menghadirkan konten baru untuk menjaga kesegarannya, namun gemuruh nostalgia saat permainan ini pertama kali meledak akan selalu dikenang sebagai salah satu babak paling menarik dalam sejarah game kasual dan fenomena internet.