Kitab Amsal, yang merupakan kumpulan hikmat dan nasihat praktis, sering kali menyoroti pentingnya kehidupan yang bijaksana dan benar. Salah satu bagian yang paling terkenal dan sering dikutip adalah mengenai "istri yang cakap" atau "istri yang bijaksana" di pasal 31. Ayat ke-29 dari pasal ini memberikan penghargaan yang luar biasa kepada wanita yang menjalani kehidupan yang saleh dan penuh kebajikan.
"Banyak perempuan telah berbuat kebajikan, tetapi engkau melebihi mereka sekalian."
Ayat ini bukanlah sekadar pujian biasa. Ini adalah pengakuan ilahi atas nilai dan kehormatan yang melekat pada seorang istri yang hidup sesuai dengan prinsip-prinsip kebenaran dan kebijaksanaan. Dalam konteks budaya dan zaman ketika kitab ini ditulis, peran seorang istri dan ibu sangatlah sentral dalam menjaga keharmonisan dan kemakmuran keluarga serta komunitas. Wanita yang digambarkan di Amsal 31 adalah sosok yang tidak hanya mengurus rumah tangga, tetapi juga memiliki pemikiran yang tajam, kemampuan untuk berbisnis, serta hati yang penuh kasih dan kepedulian.
Pernyataan "melebihi mereka sekalian" menunjukkan bahwa istri yang digambarkan di sini telah mencapai standar tertinggi dalam kebajikan. Ini bukan tentang kompetisi yang tidak sehat, melainkan tentang keunggulan dalam hal karakter, integritas, dan kontribusi positif. Kebajikan yang dimaksud meliputi kejujuran, kerja keras, kemurahan hati, kebijaksanaan dalam mengambil keputusan, kesetiaan, dan rasa takut akan Tuhan.
Di dunia modern yang terus berubah, relevansi Amsal 31 ayat 29 tetap utuh. Makna kebajikan dan kehormatan bagi seorang perempuan, baik sebagai istri, ibu, profesional, maupun anggota masyarakat, tidak pernah lekang oleh waktu. Ayat ini mengingatkan kita bahwa nilai sejati seseorang tidak terletak pada penampilan luar, kekayaan materi, atau status sosial semata, melainkan pada kedalaman karakter dan perbuatan baik yang dilakukannya.
Setiap perempuan, terlepas dari latar belakang atau perannya, dipanggil untuk hidup dengan kebajikan. Ini berarti berupaya untuk menjadi pribadi yang terbaik dalam segala aspek kehidupan. Bagi seorang istri, kebajikan dapat terwujud dalam kesetiaan, dukungan kepada suami, pengasuhan anak-anak dengan kasih dan hikmat, serta pengelolaan rumah tangga yang efisien. Namun, Amsal 31 juga menunjukkan bahwa perempuan dapat memiliki peran yang lebih luas, seperti terlibat dalam kegiatan ekonomi dan memberikan dampak positif bagi lingkungan sekitarnya.
Pujian dalam Amsal 31 ayat 29 juga menekankan pentingnya memiliki hati yang terpusat pada nilai-nilai spiritual. Ketakutan akan Tuhan adalah "permulaan pengetahuan" (Amsal 1:7), dan ini adalah fondasi dari segala kebajikan. Seorang wanita yang saleh akan menjadikan firman Tuhan sebagai pedoman hidupnya, yang membantunya membuat pilihan yang benar bahkan di tengah kesulitan.
Kehormatan yang diterima oleh istri yang bijaksana ini bukanlah sesuatu yang ia cari sendiri melalui pujian manusia, melainkan sesuatu yang datang sebagai buah dari hidupnya yang benar. Penghargaan ini datang dari Tuhan dan kemudian dari orang-orang di sekitarnya, termasuk suami dan anak-anaknya. Suaminya "duduk terpandang di antara para tua-tua di kota, dan ia dikenal di pintu gerbang" (Amsal 31:23), sebagian karena reputasi istrinya yang luar biasa.
Lebih dari sekadar teladan bagi wanita lain, Amsal 31 ayat 29 mengajarkan bahwa setiap usaha untuk hidup dengan kebajikan dan integritas memiliki nilai yang tak ternilai di mata Tuhan. Ayat ini menjadi sumber inspirasi bagi para wanita untuk terus berjuang menjadi pribadi yang lebih baik, memberikan kontribusi yang berarti bagi keluarga dan masyarakat, serta memuliakan Tuhan melalui setiap aspek kehidupan mereka.
Ingin mendalami lebih lanjut tentang hikmat Amsal?
Jelajahi Kebijaksanaan Alkitab