Air Ketuban Sedikit pada Trimester Ketiga: Kenali Penyebab dan Dampaknya
Ilustrasi: Keseimbangan cairan dalam kehamilan
Trimester ketiga kehamilan merupakan periode krusial di mana janin terus berkembang pesat dan mempersiapkan diri untuk kelahiran. Salah satu aspek penting yang perlu diperhatikan selama periode ini adalah jumlah air ketuban. Air ketuban, cairan yang mengelilingi janin di dalam rahim, berperan vital dalam melindungi, menutrisi, dan mendukung perkembangan janin. Namun, terkadang ibu hamil mengalami kondisi air ketuban yang sedikit, yang dikenal sebagai oligohidramnion, terutama pada trimester ketiga. Kondisi ini dapat menimbulkan kekhawatiran dan memerlukan perhatian medis.
Apa Itu Air Ketuban dan Fungsinya?
Air ketuban adalah cairan bening hingga kekuningan yang mengisi kantung ketuban di dalam rahim. Cairan ini diproduksi oleh membran ketuban dan plasenta, serta dari urin janin setelah minggu ke-20 kehamilan. Fungsi utama air ketuban meliputi:
Melindungi Janin: Air ketuban bertindak sebagai bantalan untuk melindungi janin dari benturan atau cedera dari luar.
Menjaga Suhu Janin: Cairan ini membantu menjaga suhu rahim tetap stabil dan hangat, sehingga mendukung pertumbuhan janin yang optimal.
Mencegah Tekanan pada Tali Pusat: Dengan mencegah janin menekan tali pusat secara langsung, air ketuban memastikan aliran oksigen dan nutrisi ke janin tetap lancar.
Mendukung Perkembangan Paru-paru dan Pencernaan: Janin menelan air ketuban, yang membantu perkembangan paru-paru dan sistem pencernaannya.
Memfasilitasi Pergerakan Janin: Keberadaan air ketuban yang cukup memungkinkan janin untuk bergerak bebas, yang penting untuk perkembangan tulang, otot, dan organ janin.
Penyebab Air Ketuban Sedikit pada Trimester Ketiga
Ketika jumlah air ketuban berada di bawah batas normal, kondisi ini disebut oligohidramnion. Pada trimester ketiga, beberapa faktor dapat menyebabkan terjadinya oligohidramnion:
Masalah pada Plasenta: Plasenta yang tidak berfungsi dengan baik atau mengalami insufisiensi plasenta dapat mengurangi pasokan darah ke janin, yang berujung pada penurunan produksi urin oleh janin (salah satu sumber utama air ketuban).
Kebocoran Kantung Ketuban: Terkadang, kantung ketuban dapat robek atau bocor, menyebabkan keluarnya air ketuban secara perlahan.
Gangguan Ginjal atau Saluran Kemih Janin: Jika janin memiliki masalah pada ginjal atau saluran kemihnya, produksi urinnya bisa berkurang secara signifikan.
Cacat Lahir pada Janin: Beberapa kelainan bawaan pada janin dapat memengaruhi produksi atau sirkulasi air ketuban.
Kehamilan Lewat Waktu (Post-term Pregnancy): Kehamilan yang berlangsung lebih dari 40 minggu seringkali dikaitkan dengan penurunan volume air ketuban.
Preeklampsia atau Hipertensi Gestasional: Kondisi tekanan darah tinggi pada kehamilan dapat memengaruhi fungsi plasenta dan aliran darah ke janin.
Dehidrasi pada Ibu: Meskipun jarang menjadi penyebab tunggal, dehidrasi berat pada ibu dapat berdampak pada volume cairan tubuh secara keseluruhan, termasuk air ketuban.
Obat-obatan Tertentu: Penggunaan obat-obatan tertentu, seperti inhibitor enzim pengubah angiotensin (ACE inhibitors), dapat memengaruhi produksi air ketuban.
Dampak Air Ketuban Sedikit bagi Janin
Oligohidramnion pada trimester ketiga bisa menimbulkan beberapa risiko bagi janin, antara lain:
Masalah Pernapasan: Kurangnya air ketuban dapat menghambat perkembangan paru-paru janin.
Tekanan pada Tali Pusat: Ruang gerak janin yang terbatas akibat minimnya air ketuban meningkatkan risiko tali pusat terkompresi, yang dapat membatasi suplai oksigen.
Kelainan Bentuk Tulang dan Sendi: Pergerakan janin yang terbatas dapat menyebabkan kelainan pada perkembangan tulang dan sendi, seperti sindrom Potter.
Risiko Kelahiran Prematur: Dalam beberapa kasus, oligohidramnion dapat meningkatkan risiko persalinan prematur.
Masalah Saat Persalinan: Tali pusat yang terkompresi dapat menyebabkan gawat janin saat persalinan.
Diagnosis dan Penanganan
Diagnosis oligohidramnion biasanya dilakukan melalui pemeriksaan ultrasonografi (USG) oleh dokter kandungan. Dokter akan mengukur kedalaman kantung cairan ketuban di beberapa titik (disebut Amniotic Fluid Index/AFI) atau mengukur kedalaman kantung cairan ketuban tunggal yang paling dalam (Single Deepest Pocket/SDP).
Penanganan akan sangat bergantung pada penyebab, tingkat keparahan oligohidramnion, dan usia kehamilan. Beberapa langkah penanganan yang mungkin dilakukan meliputi:
Pemantauan Ketat: Dokter akan melakukan pemantauan lebih sering terhadap kondisi janin melalui USG, CTG (cardiotocography), dan pemeriksaan lainnya.
Hidrasi: Ibu hamil mungkin disarankan untuk minum lebih banyak cairan dan menjaga hidrasi tubuh.
Amnioinfusion: Dalam beberapa kasus, cairan steril dapat dimasukkan ke dalam rahim melalui kateter selama persalinan untuk menambah volume air ketuban dan mengurangi tekanan pada tali pusat.
Persalinan: Jika kondisi dinilai berisiko bagi janin atau ibu, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan atau operasi caesar, terutama jika kehamilan sudah mendekati cukup bulan.
Informasi dalam artikel ini bersifat edukatif dan tidak menggantikan konsultasi medis profesional. Jika Anda memiliki kekhawatiran tentang jumlah air ketuban Anda, segera konsultasikan dengan dokter kandungan Anda.