Air Ketuban Kurang saat Hamil 8 Bulan: Kenali Penyebab dan Risikonya
Kehamilan adalah momen yang penuh kebahagiaan, namun juga seringkali disertai dengan berbagai kekhawatiran. Salah satunya adalah kondisi air ketuban yang berperan krusial bagi tumbuh kembang janin. Memasuki usia kehamilan 8 bulan atau trimester ketiga, perhatian terhadap jumlah air ketuban semakin meningkat. Jika terdeteksi adanya kekurangan air ketuban (oligohidramnion), hal ini bisa menimbulkan pertanyaan dan kecemasan bagi calon ibu.
Apa itu Air Ketuban dan Fungsinya?
Air ketuban adalah cairan bening kekuningan yang mengisi kantung ketuban (amnion) di dalam rahim ibu hamil. Cairan ini dihasilkan sejak minggu-minggu awal kehamilan dan terus bertambah hingga mendekati persalinan. Fungsinya sangat vital:
Melindungi janin dari benturan dan cedera dari luar.
Menjaga suhu rahim tetap stabil.
Membantu perkembangan paru-paru dan saluran pencernaan janin.
Mencegah janin menempel pada dinding rahim.
Memberikan ruang bagi janin untuk bergerak, yang penting untuk perkembangan otot dan tulangnya.
Memfasilitasi proses persalinan dengan membantu melebarkan leher rahim.
Air Ketuban Kurang saat Hamil 8 Bulan: Apa Penyebabnya?
Saat memasuki bulan kedelapan kehamilan, volume air ketuban normalnya berkisar antara 800 hingga 1000 ml. Namun, jika jumlahnya berkurang secara signifikan, kondisi ini disebut oligohidramnion. Ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan air ketuban berkurang pada trimester ketiga:
Masalah pada Plasenta: Plasenta yang tidak berfungsi optimal dapat menghambat suplai nutrisi dan cairan ke janin, yang berdampak pada produksi air ketuban.
Ketuban Pecah Dini (KPD): Meskipun seringkali identik dengan keluarnya air ketuban dalam jumlah banyak, robekan kecil pada selaput ketuban bisa menyebabkan rembesan cairan yang terus-menerus, sehingga volume air ketuban berkurang.
Kelainan pada Janin: Beberapa kelainan bawaan pada janin, seperti masalah ginjal atau saluran kemih, dapat mempengaruhi produksi urin janin yang merupakan komponen utama air ketuban.
Infeksi pada Ibu: Infeksi seperti demam berdarah, virus Zika, atau infeksi lainnya pada ibu hamil dapat memengaruhi kesehatan janin dan produksi air ketuban.
Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) Kronis atau Gestasional: Kondisi ini dapat memengaruhi aliran darah ke plasenta dan janin.
Diabetes pada Ibu Hamil: Diabetes yang tidak terkontrol dapat memengaruhi kesehatan janin.
Kehamilan Lewat Waktu (Post-term Pregnancy): Pada beberapa kasus, setelah tanggal perkiraan lahir terlampaui, volume air ketuban bisa mulai berkurang.
Dehidrasi pada Ibu: Kurang minum air putih yang cukup dapat memengaruhi keseimbangan cairan tubuh, termasuk produksi air ketuban.
Risiko Air Ketuban Kurang bagi Janin
Kekurangan air ketuban pada usia kehamilan 8 bulan dapat menimbulkan risiko serius bagi janin, antara lain:
Gangguan Pertumbuhan Janin: Keterbatasan ruang gerak dan nutrisi dapat menghambat pertumbuhan janin.
Kelainan Bentuk Tubuh (Deformitas): Tekanan dari dinding rahim dapat menyebabkan kelainan pada kaki, tangan, atau bagian tubuh lainnya.
Kompresi Tali Pusat: Kurangnya bantalan air ketuban membuat tali pusat lebih rentan tertekan, yang dapat membatasi suplai oksigen dan nutrisi ke janin.
Masalah Perkembangan Paru-paru: Janin membutuhkan air ketuban untuk mengembangkan paru-parunya. Kekurangan cairan dapat menyebabkan paru-paru belum matang.
Masalah Saat Persalinan: Risiko komplikasi saat persalinan, seperti distress janin, bisa meningkat.
Peningkatan Risiko Infeksi: Selaput ketuban yang menipis atau pecah dini meningkatkan risiko masuknya bakteri ke dalam rahim.
Apa yang Harus Dilakukan Jika Air Ketuban Kurang?
Jika Anda didiagnosis mengalami kekurangan air ketuban saat hamil 8 bulan, sangat penting untuk segera berkonsultasi dengan dokter kandungan Anda. Dokter akan melakukan evaluasi lebih lanjut untuk mengetahui penyebab pasti dan menentukan penanganan yang tepat. Tindakan yang mungkin dilakukan meliputi:
Pemantauan Ketat: Frekuensi kunjungan ke dokter dan pemeriksaan USG akan ditingkatkan untuk memantau kondisi janin dan jumlah air ketuban.
Istirahat Total: Untuk mengurangi tekanan pada plasenta dan meningkatkan aliran darah ke rahim.
Hidrasi yang Cukup: Minum air putih dalam jumlah yang direkomendasikan oleh dokter.
Terapi Cairan Intravena: Dalam beberapa kasus, cairan infus mungkin diberikan untuk meningkatkan volume air ketuban.
Induksi Persalinan: Jika kondisi dianggap berisiko tinggi, dokter mungkin akan merekomendasikan induksi persalinan lebih awal, tergantung pada usia kehamilan dan kondisi janin.
Perbaikan Penyebab Utama: Jika kekurangan air ketuban disebabkan oleh kondisi medis tertentu pada ibu (misalnya hipertensi atau diabetes), penanganan pada kondisi tersebut akan diprioritaskan.
Meskipun diagnosis air ketuban kurang bisa menakutkan, penting untuk tetap tenang dan mengikuti saran medis. Dengan penanganan yang tepat dan pemantauan berkelanjutan, banyak kasus kekurangan air ketuban dapat diatasi sehingga kehamilan dapat berlanjut dengan aman hingga persalinan.
Konsultasikan kondisi kehamilan Anda dengan dokter spesialis kandungan untuk mendapatkan penanganan terbaik.